Senin 24 Feb 2025 11:50 WIB

ID Humanity Dompet Dhuafa Bekali Dai yang Bakal Berdakwah di Mancanegara

Pada 2025 tujuan Dai Ambassador di antaranya Jepang, Korsel, Prancis, dan Yunani.

Peserta Dai Ambassador 2025 bersama Deputi Direktur 1 Program Sosial, Kemanusiaan, dan Dakwah (kiri), Direktur Program Sosial, Kemanusiaan, dan Dakwah (tengah), Deputi Direktur 2 Program Sosial, Kemanusiaan, dan Dakwah (kanan).
Foto: dompet dhuafa
Peserta Dai Ambassador 2025 bersama Deputi Direktur 1 Program Sosial, Kemanusiaan, dan Dakwah (kiri), Direktur Program Sosial, Kemanusiaan, dan Dakwah (tengah), Deputi Direktur 2 Program Sosial, Kemanusiaan, dan Dakwah (kanan).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—ID Humanity Dompet Dhuafa melalui Departemen Layanan Dakwah Dompet Dhuafa membuka pembekalan bagi peserta program Dai Ambassador 2025 yang berlangsung di kawasan Jakarta Selatan, Ahad (23/2/2025).

Selama sepekan para dai akan dilatih untuk menyebarluaskan model dakwah pemberdayaan yang memuat aspek pendidikan, kesehatan, budaya, dan sosial-kemanusiaan Dompet Dhuafa.

Dai Ambasador merupakan program dakwah Dompet Dhuafa yang mengirimkan dai-dai terpilih untuk melakukan dakwah di mancanegara. Ada 100 pendaftar tetapi yang terseleksi ada 16 dai tahun 2025 ini.

Negara tujuan Dai Ambassador 2025 adalah Australia, Filipina, Hong Kong, Jepang, Yunani, Korea Selatan, Prancis, Noumea, Selandia Baru, Thailand, dan Timor Leste.

“Harapannya, dai Dompet Dhuafa memiliki konsentrasi dalam mengedukasi dan mensosialisasikan ziswaf dan paling penting apa yang dapat dijalankan, dilaksanakan dari program-program yang bersumber dari ziswaf,” ujar Ahmad Shonhaji, Direktur Program Sosial, Kemanusiaan, dan Dakwah Dompet Dhuafa usai pembukaan.

Program Dai Ambasador ini, ungkap Shonhaji, digelar perdana pada 2013. Pada saat itu mitra dan diaspora Indonesia merindukan dakwah Indonesia.

“Pada tahun itu, negara tujuan Dai Ambassador meliputi Korea Selatan, Hong Kong, Filipina, dan Australia. Per 2025, sudah ada 40 negara penerima manfaat. Dalam setahun rata-rata ada 12 negara yang dituju,” ungkap Ahmad Pranggono, Manajer Layanan Dakwah Dompet Dhuafa.

Mitra Dompet Dhuafa dalam program ini, jelas dia, ada dua yakni Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) dan mitra umum. "Mitra umum seperti pengelola masjid atau majelis taklim. Mitra-mitra ini yang akan membantu mengatur, mengalokasikan, ke titik dakwah-dakwah setiap harinya,” lanjut Pranggono.

Adapun para dai yang lolos seleksi merupakan kualifikasi yang disepakati mitra dengan Dompet Dhuafa, misalnya membutuhkan dai yang lelaki atau perempuan, dai yang memiliki kemampuan qiroah atau seorang hafidz 30 Juz dan lainnya.

Dalam dakwahnya, dai-dai Dompet Dhuafa menggunakan metode dakwah cinta kasih atau welas asih. Hal ini merupakan semangat dakwah Dompet Dhuafa untuk menyayangi sesama dan semua. Hal ini yang akan diperbanyak selama pembekalan para dai ini.

Di daerah tujuan, tambah Pranggono, saat pelaksanaan dakwah para dai juga diberikan kebebasan. "Tidak harus di acara formal, boleh juga di acara nonformal, misal mengaji di kafe, di komunitas dan lain-lain. Bila perlu dakwah on the street. Dahulu Dai Ambassador di Hong Kong mengaji bersama di Victoria Park."

Dai Ambassador memiliki tiga visi yakni dakwah Islamiyah, dakwah ziswaf, dan dakwah wathaniyah. Dakwah Islamiyah, ujar Pranggono, memaparkan bagaimana Islam yang penuh kasih sayang. "Dakwah ziswaf adalah dakwah yang mengajarkan pentingnya zakat dan pengorganisasian untuk implementasi pengentasan kemiskinan."

Ketiga, ungkap Pranggono, dakwah wathaniyah, yaitu dakwah mencintai dan menjaga NKRI. Secara garis besar visi tersebut adalah untuk berkontribusi di dunia global dalam peran-peran pengentasan isu-isu kemanusiaan.

Muhammad Abdul Ghafur salah satu peserta Dai Ambassador 2025 dengan tujuan negara Yunani, berharap amanah yang ia dan dai lainnya emban dapat terlaksana dengan baik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement