REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS— Sebuah patroli tentara pendudukan Israel bergerak maju ke desa Ofanya, sebelah utara Quneitra, Suriah selatan, pada Jumat pagi untuk mengumpulkan informasi tentang populasi dan layanan di desa tersebut.
Sebuah sumber dari desa tersebut mengkonfirmasi kepada Al-Araby Al-Jadeed bahwa tentara pendudukan Israel telah melakukan survei populasi dan layanan secara ekstensif di desa-desa yang baru-baru ini mereka masuki.
Hal ini telah meningkatkan kekhawatiran para aktivis akan rencana untuk memberlakukan "pemukiman ekonomi" dan memaksakan realitas demografis baru di tengah tidak adanya tanggapan efektif dari pemerintah atau internasional.
Aktivis Saeed Al-Muhammad mengatakan kepada Al-Araby Al-Jadeed, "Tim Israel mensurvei pendapat masyarakat tentang situasi medis dan pendidikan penduduk, selain profesi mereka."
Namun, dia tidak mengkonfirmasi apa yang telah beredar mengenai gagasan program kerja harian, yang memungkinkan warga Suriah untuk bekerja di dalam wilayah pendudukan dengan bayaran 100 dolar AS per hari, dan menjamin mereka kembali ke rumah mereka di malam hari.
Al-Muhammad percaya bahwa tujuan dari langkah ini bukanlah untuk memberikan kesempatan kerja, namun lebih kepada, "Menciptakan ketergantungan ekonomi yang memfasilitasi jalannya proyek hibridisasi demografis."
Al-Muhammad menambahkan bahwa gerak maju Israel ke Quneitra melanggar Resolusi 497 Dewan Keamanan PBB, yang menegaskan bahwa Golan adalah wilayah Suriah yang diduduki.
Dia menyerukan tindakan Arab dan internasional untuk memaksa Israel menarik diri tanpa syarat, menjatuhkan sanksi atas pelanggaran berulang terhadap kedaulatan Suriah dan mengutuk survei populasi, "Sebagai alat untuk menarik penduduk menuju normalisasi ekonomi, dan sebagai persiapan untuk pengungsian sistematis."
Al-Muhammad juga menuntut: "Melindungi warga sipil dari eksploitasi penjajah atas kondisi kehidupan mereka yang sulit, melalui program kerja palsu yang mengancam identitas nasional mereka."
Al-Muhammad mendesak untuk mendokumentasikan pelanggaran-pelanggaran tersebut dalam laporan-laporan internasional dan mengajukannya ke Mahkamah Pidana Internasional, terutama mengingat eskalasi serangan-serangan terhadap staf medis.
BACA JUGA: Kritik Tajam Media Israel Atas Kondisi Riil Tentara Kini Bikin Telinga Elite Panas
Aktivis tersebut memperingatkan konsekuensi dari "upah yang menarik", mencatat bahwa ini adalah perangkap bagi kaum muda yang hidup di bawah garis kemiskinan, karena tenaga kerja digunakan sebagai alat spionase untuk menyusup ke dalam masyarakat dan melemahkan potensi perlawanan.
Citra satelit dari Planet Labs PBC mengungkapkan bahwa tentara pendudukan Israel telah membangun tujuh lokasi militer di daerah yang membentang antara Gunung Hermon di utara dan Tel Kodna di selatan, di dekat segitiga perbatasan Suriah-Yordania.
Surat kabar Haaretz Israel melaporkan bahwa situs-situs ini termasuk bangunan tempat tinggal untuk tentara, klinik medis dan fasilitas logistik, dalam sebuah langkah yang mengindikasikan niat penjajah Israel untuk tetap tinggal untuk waktu yang lama.