Senin 07 Oct 2024 18:30 WIB

Mesir Sambut Seruan Presiden Macron agar Pasokan Senjata ke Israel Ditangguhkan

Israel harus menghentikan serangan militernya.

Kendaraan militer lapis baja tentara Mesir ditempatkan di depan perbatasan Rafah antara Jalur Gaza dan Mesir, di Rafah, Mesir, 12 November 2023.
Foto: EPA-EFE/KHALED ELFIQI
Kendaraan militer lapis baja tentara Mesir ditempatkan di depan perbatasan Rafah antara Jalur Gaza dan Mesir, di Rafah, Mesir, 12 November 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSCOW -- Pemerintah Mesir mengatakan mereka menyambut baik seruan Presiden Prancis Emmanuel Macron untuk menangguhkan pasokan senjata ke Israel.

Pada Sabtu (5/10), Macron mengatakan bahwa dirinya mendukung penangguhan pasokan senjata ke Israel, yang digunakan untuk operasi militer di Jalur Gaza.

Baca Juga

Macron menyebut embargo senjata sebagai langkah prioritas untuk menyelesaikan ketegangan di wilayah kantong Palestina itu.

Lewat unggahan di media sosial pada Minggu, Kementerian Luar Negeri Mesir mengatakan bahwa tentara Israel melakukan "pelanggaran berat hukum internasional dan hukum humaniter internasional" di Jalur Gaza dan Lebanon.

Mesir menilai seruan Macron tersebut sesuai dengan prinsip dan aturan hukum humaniter internasional.

Pada September, Menteri Luar Negeri Inggris David Lammy mengatakan bahwa pemerintahnya telah menangguhkan 30 dari sekitar 350 lisensi ekspor senjata.

Keputusan itu diambil karena ada risiko senjata dari Inggris digunakan dalam pelanggaran hukum humaniter di Jalur Gaza.

Beirut Selatan

Gelombang baru serangan udara Israel menargetkan wilayah-wilayah di pinggiran Beirut selatan pada Ahad (6/10) setelah militer rezim Zionis itu memperingatkan evakuasi di dua wilayah.

Pesawat Israel menyerang tiga lokasi berbeda di pinggiran selatan Beirut, kata koresponden Anadolu.

Pengeboman itu menyusul peringatan yang disampaikan juru bicara militer Israel, Avichay Adraee, yang menyerukan evakuasi gedung-gedung di wilayah Hadath dan Burj al-Barajneh.

Adraee menuding adanya fasilitas dan kepentingan yang terkait dengan Hizbullah di wilayah tersebut – sebuah klaim yang kerap dia lontarkan untuk membenarkan serangan.

Kelompok Lebanon Hizbullah dan Israel terlibat dalam perang lintas batas sejak awal agresi Israel di Gaza menyusul serangan oleh kelompok Palestina Hamas pada Oktober lalu.

Akibatnya, lebih dari 41.800 orang, yang mayoritas perempuan dan anak-anak, tewas.

Serangan Israel di Lebanon juga menewaskan sedikitnya 2.036 orang dan melukai lebih dari 9.500 lainnya serta menyebabkan 1,2 juta orang mengungsi, menurut otoritas Lebanon.

Komunitas internasional telah memperingatkan bahwa serangan Israel di Lebanon dapat memperburuk konflik Gaza menjadi perang kawasan yang lebih luas.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement