Ahad 06 Oct 2024 12:33 WIB

Murid-Murid Syekh Nawawi Al Bantani Jadi Ulama Besar, Penentang Penjajahan dan Pahlawan

Syekh Nawawi Al Bantani memiliki banyak murid yang berkiprah di Nusantara.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Jannatul Mala atau lebih dikenal dengan sebutan Pemakaman Mala menjadi salah satu tujuan ziarah jamaah haji dan umroh di Kota Mekkah. Pemakaman yang sudah ada sebelum Rasulullah lahir itu tertata rapi dengan batu-batu nisan tanpa nama. Beberapa keluarga Rasulullah dikebumikan di Mala. Di antaranya, Sayyidah Khadijah (istri), Aminah (ibu), Qasim dan Abdullah (anak), Abu Thalib (paman), dan Abdul Muthalib (kakek). Selain itu ada juga ulama Indonesia yang dimakamkan di Mala. Mereka adalah Syekh Nawawi Al Bantani dan yang terbaru KH Maimoen Zubair (Mbah Moen) yang meninggal pada 2019 saat menunaikan ibadah haji.
Foto: Karta/Republika
Jannatul Mala atau lebih dikenal dengan sebutan Pemakaman Mala menjadi salah satu tujuan ziarah jamaah haji dan umroh di Kota Mekkah. Pemakaman yang sudah ada sebelum Rasulullah lahir itu tertata rapi dengan batu-batu nisan tanpa nama. Beberapa keluarga Rasulullah dikebumikan di Mala. Di antaranya, Sayyidah Khadijah (istri), Aminah (ibu), Qasim dan Abdullah (anak), Abu Thalib (paman), dan Abdul Muthalib (kakek). Selain itu ada juga ulama Indonesia yang dimakamkan di Mala. Mereka adalah Syekh Nawawi Al Bantani dan yang terbaru KH Maimoen Zubair (Mbah Moen) yang meninggal pada 2019 saat menunaikan ibadah haji.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Syekh Muhammad Nawawi al-Jawi al-Bantani bernama lengkap Abu Abd al-Mu'thi Muhammad bin Umar al-Tanara al-Bantani adalah ulama dari Nusantara yang menjadi guru dan imam di Masjidil Haram, Makkah.

Ulama kelahiran tahun 1815 M atau 1230 Hijriyah dari Kampung Tanara, Kabupaten Serang, Provinsi Banten ini sejak kecil sudah sibuk menimba ilmu agama dari banyak ulama terkemuka di Nusantara.

Baca Juga

Di usia yang baru menginjak 15 tahun, Syekh Nawawi Al-Bantani pergi ke Makkah menunaikan ibadah haji. Di tanah Suci, Syekh Nawawi Al-Bantani memanfaatkan waktunya untuk belajar Ilmu Kalam, bahasa dan sastra Arab, Ilmu Hadits, Tafsir dan Ilmu Fiqih. 

Syekh Nawawi Al-Bantani telah menulis 115 kitab bidang fiqih, tauhid, tasawuf, tafsir, hadits dan lainnya. Syekh Nawawi Al-Bantani juga mendapat gelar Sayyidul Hijaz karena telah mencapai posisi intelektual terkemuka di Timur Tengah.

Sebagai seorang guru yang mempunyai keilmuan cukup tinggi dan luas, Syekh Nawawi Al-Bantani melahirkan murid-murid yang menjadi ulama-ulama besar dan tokoh-tokoh pahlawan Nasional di Indonesia. 

Di antara murid-murid Syekh Nawawi Al-Bantani adalah Syekh Muhammad Mahfudz at-Tarmasi, Syekh Kholil al-Bangkalani dari Madura, dan Syekh Tubagus Muhammad Asnawi al-Bantani, Caringin, Labuan, Pandeglang.

Syekh Asnawi al-Bantani saat pulang ke Nusantara menjadi tokoh yang melawan penjajahan. Syekh Asnawi al-Bantani bersama murid-muridnya menentang pemerintah kolonial Belanda.

Syekh Arsyad Thawil al-Bantani juga murid Syekh Nawawi Al-Bantani. Syekh Arsyad Thawil al-Bantani juga berjihad melawan pemerintah kolonial Belanda yang semakin tidak adil. Pada akhir kisahnya, Syekh Arsyad Thawil al-Bantani diasingkan ke Manado, Sulawesi Utara.

Syekh Arsyad Thawil al-Bantani meski di tempat pengasingan, tetap aktif mengajarkan ilmu agama Islam.

Di antara murid lainnya Syekh Nawawi Al-Bantani adalah Sayyid Ali bin Ali al-Habsy, Syekh Muhammad Zainuddin bin Badawi as-Sumbawi dari Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Muridnya yang berasal dari negara lain di antaranya Syekh Abdul Qadir bin Mustafa al-Fathani, Pattani, Thailand. Syekh Abu al-Faidh Abdus Sattar bin Abdul Wahhab ad-Dahlawi, Delhi. H Thahir Jamaluddin dari Singapura, dan H Dawud dari Perak, Malaysia.

Murid Syekh Nawawi Al-Bantani lainnya yang sangat terkenal, menjadi pahlawan dan mendirikan organisasi Islam terbesar. Di antaranya KH Hasyim Asyari pendiri Nahdlatul Ulama (NU), KH Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah, dan KH Mas Abdurahman pendiri Mathla'ul Anwar. 

Masih banyak murid-murid lainnya dari Syekh Nawawi Al-Bantani. Ulama yang telah melahirkan banyak ulama terkemuka ini wafat pada tanggal 25 Syawal 1314 H atau 1897 M, ada juga yang menyebut tahun 1898 pada usia 84 tahun. Beliau dimakamkan di Ma'la berdekatan dengan makam Siti Khadijah istri Nabi Muhammad SAW.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement