Kamis 29 Aug 2024 09:29 WIB

Inilah Masjid Tertua di Maluku

Masjid Wapauwe berdiri sejak abad ke-15 M, tepatnya pada tahun 1414.

Sejumlah wisatawan lokal mengunjungi Masjid Wapauwe di Negeri (Desa) Kaitetu Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku, Ahad  (20/6/2021). Masjid Wapauwe merupakan masjid tertua di Maluku, dibangun pada 1414 di daerah Wamane dan menurut legenda warga setempat masjid itu berpindah sendiri ke lokasi sekarang pada 1664, dan kini menjadi objek wisata religi karena arsitektur uniknya yang dibangun tanpa paku dan nilai historisnya tentang penyebaran Islam di Maluku.
Foto: ANTARA/FB Anggoro
Sejumlah wisatawan lokal mengunjungi Masjid Wapauwe di Negeri (Desa) Kaitetu Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku, Ahad (20/6/2021). Masjid Wapauwe merupakan masjid tertua di Maluku, dibangun pada 1414 di daerah Wamane dan menurut legenda warga setempat masjid itu berpindah sendiri ke lokasi sekarang pada 1664, dan kini menjadi objek wisata religi karena arsitektur uniknya yang dibangun tanpa paku dan nilai historisnya tentang penyebaran Islam di Maluku.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jejak kejayaan Islam di Maluku tampak dari pelbagai bangunan setempat yang telah berumur ratusan tahun. Salah satunya ialah Masjid Wapauwe di Kaitetu, Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah.

Hingga kini, tempat ibadah tersebut masih tegak berdiri walau usianya telah melewati enam abad. Inilah masjid tertua se-Indonesia timur. Untuk sampai ke sana, perlu waktu satu jam perjalanan via darat dari pusat Kota Ambon.

Baca Juga

Masjid Wapauwe berdiri sejak 1414 M. Semula, namanya adalah Masjid Wawane. Disebut begitu karena lokasi pendiriannya ada di lereng Gunung Wawane. Pendirinya merupakan Pernada Jamilu, seorang bangsawan Kesultanan Jailolo dari Moloko Kie Raha (empat gunung Maluku).

Jamilu tidak hanya bertindak sebagai elite kerajaan. Bahkan, perannya besar sebagai mubaligh di tengah masyarakat. Sekitar tahun 1400 M, ia menyambangi Tanah Hitu untuk menyebarkan Islam. Ada lima desa (negeri) di kaki Gunung Wawane yang menerimanya, yakni Assen, Wawane, Atetu, Tehala dan Nukuhaly. Sebelumnya, agama tauhid cenderung dikenal hanya di daerah pesisir, khususnya yang berinteraksi dengan para pedagang Arab.

Perpindahan Masjid Wawane ke lokasi yang ada sekarang tak lepas dari konteks perang melawan kolonialisme. Pada 1580, Belanda di bawah bendera Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) mulai berupaya menguasai Tanah Hitu. Memasuki tahun 1600-an, kongsi dagang Belanda yang juga disebut Kompeni itu terus mengusik kedamaian penduduk lokal. Akhirnya, pada 1634 perang pun pecah antara kedua belah pihak.

Dengan alasan keamanan, Muslimin di kaki Gunung Wawane bersepakat untuk memindahkan Masjid Wawane ke lokasi baru. Tempat ibadah itu pun dipindah pada 1614 ke Kampung Tehala yang berjarak sekira 6 km arah timur Wawane. Nama baru pun dipilih untuk bangunan tersebut.

Antara lereng Gunung Wawane dan Tehala terdapat bentangan daratan yang marak ditumbuhi pepohonan mangga hutan atau mangga berabu. Buah itu dalam bahasa Kaitetu disebut sebagai wapa. Terinspirasi dari itu, masyarakat setempat pun menyebut masjid ini sebagai Masjid Wapauwe. Artinya, masjid yang didirikan di bawah pohon mangga berabu.

photo
Sejumlah wisatawan mengunjungi Masjid Wapauwe di Negeri (Desa) Kaitetu Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. - (ANTARA/FB Anggoro)

Corak arsitektur nan khas ...

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement