Rabu 21 Aug 2024 20:07 WIB

Sejak Kapan Yahudi Berani Jalani Ritual di Masjid Al-Aqsa, Padahal Dilarang Ratusan Tahun?

Yahudi melakukan ritual terlarang di Al-Aqsa

Seorang pria Yahudi ultra-Ortodoks berdiri di atas salju sambil berdoa di Tembok Barat, situs paling suci di mana orang-orang Yahudi dapat berdoa di kota tua Yerusalem, Kamis, 27 Januari 2022.
Foto: AP/Mahmoud Illean
Seorang pria Yahudi ultra-Ortodoks berdiri di atas salju sambil berdoa di Tembok Barat, situs paling suci di mana orang-orang Yahudi dapat berdoa di kota tua Yerusalem, Kamis, 27 Januari 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Selama ratusan abad tahun yang silam, Yahudi dilarang melakukan ritual di Masjid Al-Aqsa. Tetapi kini, bahkan larangan tersebut mereka langgar sendiri. Sejak kapan mereka berani melakukan ritual di masjid suci umat Islam itu?

Dikutip dari Middleeasteye pada 1967, Israel merebut Kota Tua Yerusalem dari Yordania, termasuk situs-situs sucinya, dan mendudukinya sejak saat itu. Pengelolaan situs-situs Islam diserahkan ke tangan otoritas Yordania.

Baca Juga

Sejak saat itu, ada gerakan yang berkembang yang menyerukan agar orang Yahudi diizinkan untuk berdoa di Temple Mount.

Secara resmi, pihak berwenang Israel tetap mempertahankan Status Quo. Meskipun gerakan Zionis selalu memiliki nada religius, sebagian besar pemimpin Israel adalah sekuler, bahkan ateis.

Oleh karena itu, mencegah ledakan kemarahan di seluruh dunia Muslim secara umum telah menjadi prioritas yang lebih besar bagi para pemimpin politik daripada mencoba mengubah status Temple Mount.

Namun demikian, banyak orang Yahudi yang religius melihat perebutan Kota Tua sebagai sesuatu yang sangat simbolis, dengan beberapa orang (termasuk banyak orang Kristen) melihatnya sebagai tanda “Hari Kiamat” seperti yang dinubuatkan dalam kitab suci.

Beberapa kelompok agama Yahudi berpendapat bahwa, lebih dari sekadar mengizinkan doa di Bukit Bait Suci, ada keharusan untuk membangun Bait Suci Ketiga di situs tersebut, sesuatu yang dapat menandai kembalinya Mesias dan Hari Kiamat.

Pandangan ini telah lama menjadi pandangan minoritas di kalangan orang Yahudi di Israel dan di seluruh dunia, tetapi tidak selalu jauh dari arus utama.

Salah satu kisah yang populer - namun kemungkinan besar apokrif - datang dari Jenderal Uzi Narkiss, yang memimpin pasukan Israel dalam merebut Kota Tua pada 1967.

Dia mengklaim bahwa Shlomo Goren, yang saat itu menjabat sebagai kepala rabi militer dan kemudian menjadi kepala rabi Israel, telah mendesaknya untuk meledakkan Masjid Al-Aqsa saat merebut Kota Tua.

Meskipun Goren dan yang lainnya menyangkal pernyataan Narkiss, dia adalah pendukung utama doa di Temple Mount dan memicu kontroversi pada bulan Agustus 1967 ketika dia memimpin sekelompok jemaah untuk berdoa di tempat tersebut.

Tindakannya memicu protes dari umat Islam, Yahudi sekuler dan Kepala Rabbinate Yerusalem, yang menyatakan bahwa orang Yahudi dilarang berdoa di situs tersebut.

Meskipun sebelumnya...

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement