Keempat, Disunnahkan berwudhu sebelum mandi, baik mandi wajib atau mandi sunnah. Ini berdasarkan hadits Aisyah, bahwa:
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا اغتسل من الجنابة، يبدأ فيغسل يديه، ثم يفرغ بيمينه على شماله فيغسل فرجه، ثم يتوضأ وضوءه للصلاة
“Rasulullah apabila mandi janabat, beliau memulai membasuh telapak tangan, kemudian membasuh tangan kanan lalu tangan kirinya, beliau mencuci farji (kemaluan), kemudian berwudhu seperti wudhu untuk sholat.” (HR Jamaah)
Kelima, disunnahkan berwudhu bagi orang yang habis makan makanan yang dimasak. Hal ini berdasarkan hadits Ibrahim bin Abdullah bin Qarizh, dia berkata:
مررت بأبي هريرة وهو يتوضأ فقال: أتدري مم أتوضأ؟ من أثوار أقط (١) أكلتها، لاني سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: (توضئوا مما مست النار)
"Saya melewati Abu Hurairah yang sedang berwudhu dan berkata, 'Tahukah kamu karena apa aku berwudhu? Sesungguhnya aku berwudhu karena aku baru saja makan keju, aku mendengar Rasulullah bersabda, "Berwudhulah kalian dari makanan yang disentuh api." (HR Muslim). Perintah berwudhu dalam hadits ini bermakna anjuran (bukan perintah wajib).
Keenam, memperbarui wudhu setiap shalat. Berdasarkan hadits Buraidah sebagai berikut:
كان النبي صلى الله عليه وسلم يتوضأ عند كل صلاة، فلما كان يوم الفتح توضأ ومسح على خفيه وصلى الصلوات بوضوء واحد، فقال له عمر.
يا رسول الله إنك فعلت شيئا لم تكن تفعله! فقال: (عمدا فعلته يا عمر)
Rasulullah berwudhu setiap (hendak) sholat. Ketika hari penaklukan Makkah, beliau berwudhu dan mengusap sepatunya, dan mengerjakan banyak shalat dengan satu kali wudhu saja. Umar berkata kepada beliau: "Wahai Rasulullah, engkau melakukkan sesuatu yang belum pernah engkau lakukan?" Beliau bersabda, "Sengaja aku melakukan hal itu, wahai Umar." (HR Ahmad, Muslim dan lainnya).