REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Secara kebahasaan, zikir (adz-dzikr) berasal dari bahasa Arab yang berarti 'menyebut' atau 'mengingat'. Dalam ajaran Islam, zikir acap di definisikan sebagai aktivitas mengingat Allah dengan cara menyebut nama-Nya secara lisan melalui kalimat-kalimat tertentu.
Nabi Muhammad SAW mengajarkan berbagai lafaz zikir. Meskipun ucapan itu dilakukan melalui lisan, hendaklah seorang Muslim tidak melupakan bahwa esensi zikir terletak di dalam hati.
Mantapkan kalbu dengan keyakinan, Allah SWT selalu mengawasi segala aspek kehidupan manusia, baik yang tampak maupun tersembunyi.
Dengan berzikir, hati akan menjadi tenang. Dalam Alquran surah ar-Ra'd ayat 28, Allah Ta'ala berfirman, yang artinya, "Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram."
Berzikir hendaknya tidak hanya dilakukan di masjid atau pengajian. Setiap saat dan tempat, seorang Mukmin dapat terus mengingat Allah. Tentunya, ada beberapa perkecualian di mana lafaz dzikrullah tidak boleh diucapkan, semisal di kamar mandi atau saat membuang hajat.
Dari Abu Bakar ash-Shiddiq, ia berkata, "Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, 'Ada seseorang yang khilaf melakukan dosa, lalu ia bersuci, kemudian shalat, kemudian beristighfar, maka Allah mengampuninya.'"
Selanjutnya, Nabi SAW membacakan surah Ali Imran ayat 135, yang artinya, "Dan (juga) orang-orang yang apa bila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah."
Jaga wudhu