Rabu 05 Jun 2024 23:57 WIB

Jamaah Haji, Lakukan Ini Agar tak Kelelahan Setelah 9 Jam Perjalanan Pesawat 

Jamaah haji menjalani perjalanan pesawat selama 9 jam lebih

Jamaah haji tiba di Arab Saudi (ilustrasi).  Jamaah haji menjalani perjalanan pesawat selama 9 jam lebih
Foto: Dok MCH
Jamaah haji tiba di Arab Saudi (ilustrasi). Jamaah haji menjalani perjalanan pesawat selama 9 jam lebih

Oleh: Karta Raharja Ucu, Jurnalis Republika.co.id., dari Madinah, Arab Saudi 

REPUBLIKA.CO.ID, MADINAH – Durasi penerbangan dari Indonesia ke Tanah Suci yang mencapai 9-10 jam membuat jamaah haji kelelahan setibanya di bandara. Bahkan, hampir semua jamaah di masing-masing kloter mengalami kelelahan, terutama jamaah lansia.

Baca Juga

"Kelelahan pada jamaah terjadi hampir pada setiap kloter. Apalagi jamaah haji lansia," ujar Tim Kesehatan Klinik Bandara, Ners Rendi Yoga Saputra, saat ditemui tim Media Center Haji (MCH) di King Abdul Aziz International Airport (KAAIA) di Jeddah, Kamis (30/5/2024) lalu.

Dia berkata, dari data per 27 Mei 2024, 15 dari 55 jemaah yang berobat di klinik bandara adalah jamaah haji yang mengalami kelelahan selama penerbangan. Karena itu dia mengimbau jamaah harus mengenali kondisi diri sendiri, mengenali kekuatan diri hingga mendengar alarm tubuh seperti kepala berat, kaki terasa panas, lemas dan pusing. 

Ketika tubuh sudah menunjukkan tanda-tanda tersebut, kata Rendi, jamaah harus mampu mengenali kemampuan diri, maka tidak perlu memaksakan ibadah. "Lebih baik fokus dan tabung energi pada inti ibadah haji, yakni saat wukuf di Arafah," ucap Rendi.

Jamaah juga diimbau agar tidur cukup, baik secara kualitas maupun kuantitas. Rendi menerangkan, kekurangan elektrolit dan cairan dapat memicu kelelahan dan keluhan lemas. 

Untuk itu, penting bagi jamaah haji agar selalu cukup minum air, jangan menunggu haus dan lebih bagus jika ditambah oralit. "Asupan nutrisi, makanan dan buah juga harus cukup," katanya. 

Sementara itu, jamaah haji Indonesia yang masih membutuhkan perawatan tetap bertahan di Madinah.

Menurut Kepala Petugas Penyelenggara Haji Indonesia (PPIH) Daerah Kerja Madinah, Ali Machzumi, pendorongan ke Makkah dilakukan menunggu kondisi jamaah hingga stabil.

"Kami sedang mendata berapa jamaah yang masih dirawat di Klinik Kesehatan Haji Indonesia dan rumah sakit di Arab Saudi," ujar Ali saat ditemui di Madinah.

Ali menjelaskan, ada sejumlah skema yang disiapkan agar seluruh peserta calon haji bisa diberangkatkan ke Makkah. Tujuannya agar jamaah haji bisa mengikuti semua rangkaian puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna).

Skema pertama, kata Ali, jamaah yang kondisinya membaik sebelum 7 Juni, atau tiga hari jelang ditutupnya gerbang masuk Kota Makkah, akan diantarkan petugas KKHI ke Makkah. Sebelum berangkat jamaah tersebut akan difasilitasi untuk mengambil miqat dan berihram. "Oleh pembimbing ibadah dari PPIH," kata dia.

Skema kedua, PPIH Arab Saudi menyiapkan pengantaran jamaah di rumah sakit yang kondisinya masih belum memungkinkan. Jamaah akan diberangkatkan menggunakan ambulans khusus menuju rumah sakit di Makkah.

Jamaah yang dirawat di rumah sakit akan dilihat kondisinya terlebih dahulu sebelum puncak haji. jika tidak memungkinkan, jamaah akan diikutkan safari wukuf yang difasilitasi petugas haji. "Sebaliknya, jika sembuh, mereka bisa bergabung dengan rombongan," kata Ali.

Seluruh jamaah haji gelombang pertama yang tiba di Madinah sudah diberangkatkan ke Makkah sejak 20 Mei sampai 1 Juni 2024. Mereka difasilitasi melaksanakan umroh wajib dengan memakai ihram dari hotel dan mengambil miqat di Masjid Bir Ali.

Rombongan gelombang terakhir jamaah calon haji yang berada di Madinah, sudah diberangkatkan menuju Makkah. Total ada 4.743 jamaah terpecah dalam 12 kloter. 

photo
Tips Bagi Jamaah Haji - (Republika/Karta Raharja Ucu)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement