REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Menteri Luar Negeri Iran mengatakan akan membebaskan personel kapal container yang berbendera Portugal yang disita bulan ini setelah berdiskusi antara pejabat kedua negara.
Teheran telah memberi tahu duta besar para awak kapal tentang akses pelepasan dan pengiriman mereka. Hossein Amirabdollahian, Menteri Luar Negeri Iran mengatakan bahwa Keputusan tersebut diambil setelah adanya panggilan telepon antara dirinya dan rekannya dari Portugal.
Kapal bernama MSC Aries yang kepemilikannya terikat kepada seorang miliarder Israel ditangkap dan dibawa ke perairan Iran pada 13 April lalu dan hanya beberapa jam sebelum Iran meluncurkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel. Dalam kapal tersebut terdapat awak kapal yang berjumlah 25 orang termasuk pelaut dari India dan Rusia.
Hal tersebut akibat eskalasi konflik yang terjadi antara Iran dan Israel sehingga Iran meluncurkan serangan drone dan rudal dengan menargetkan langsung ke Israel. Serangan tersebut merupakan yang pertama kali dilakukan Iran secara langsung dari wilayahnya, menandai peristiwa bersejarah dalam konflik panjang antara kedua negara tersebut.
Kejadian tersebut terjadi sebagai serangan balasan terhadap serangan pesawat temput Israel yang menargetkan konsulat Iran di Suriah yang mengakibatkan kematian seorang komandan militer Iran pada awal bulan April lalu. Iran merupakan salah satu negara pertama di kawasan yang mengakui nergara Israel setelah pembentukannya pada tahun 1948, kemudian setelah tahun 1979 hubungan diplomatik mereka berakhir.
Sejak revolusi Islam tahun 1979, konflik Iran dengan Israel secara bertahap mengalami peningkatan secara geografis dan strategis. Pada tahun 2019, permusuhan tidak lagi terjadi dalam bentuk perang bayangan. Iran telah mengerahkan personel, uang, dan materi lainnya untuk membantu sekutunya di tiga perbatasan Israel, Lebanon, Suriah, dan wilayah Palestina. Antara Iran maupun Israel juga memperingatkan adanya konflik yang sedang berlangsung.
Akibat ketegangan antara kedua negara tersebut menimbulkan kekhawatiran dunia akan terjadi konflik yang lebih luas di kawasan tersebut. Karena kondisi Timur Tengah sudah dalam keadaan genting akibat berbagai konflik seperti perang Israel di Gaza, bentrokan lintas batas antara Israel dan kelompok militan Lebanon, Hizbullah, serta serangan oleh milisi Houthi Yaman terhadap negara Barat di Laut Merah.