"Inilah sebabnya Khomeini tidak fokus pada reformasi atau penggulingan institusi tertentu, namun ia berupaya mencapai utopianya, yaitu agar para ulama mengambil alih kekuasaan politik," kata Amirpur.
Khomeini tiba di Teheran dengan penuh kemenangan pada 1 Februari 1979 dan diakui sebagai pemimpin Revolusi Iran. Dengan semangat beragama yang semakin tinggi, ia mengkonsolidasikan otoritasnya dan mulai mengubah Iran menjadi negara religius.
Pada Desember 1979, konstitusi baru Iran disetujui. Konstitusi tersebut menetapkan Khomeini sebagai pemimpin politik dan agama Iran seumur hidup.
Namun menurut Amirpur, tidak ada petunjuk bahwa pemimpin revolusioner tersebut dimotivasi oleh kemarahan atau semangat keagamaan. Dia berpandangan, ini menandakan motivasi Khomeini mungkin ada di tempat lain.
"Khomeini mungkin melihat peluang di sini untuk menjadi pembela Islam yang paling penting. Bahkan revolusi, yang sengaja disebut Islam daripada Syiah, seharusnya menjadikan dia Pausnya Islam."