Selasa 16 Apr 2024 16:25 WIB

Iran Serang Israel, Pemimpin Dunia Desak Penurunan Ketegangan Timur Tengah

Para ahli mengatakan Israel mampu menetralisir sebagian besar rudal dan drone.

Rep: Mabruroh/ Red: Ani Nursalikah
Kue yang menggambarkan bendera nasional Irak dan Amerika Serikat selama pertemuan antara Perdana Menteri Irak dan Menteri Pertahanan AS di Pentagon di Arlington, Virginia, AS, 15 April 2024.
Foto: EPA-EFE/MICHAEL REYNOLDS
Kue yang menggambarkan bendera nasional Irak dan Amerika Serikat selama pertemuan antara Perdana Menteri Irak dan Menteri Pertahanan AS di Pentagon di Arlington, Virginia, AS, 15 April 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Para pemimpin dunia, termasuk Presiden Prancis Emmanuel Macron, Menteri Luar Negeri Inggris David Cameron, dan Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell menekankan perlunya mencegah eskalasi di Timur Tengah setelah serangan Iran terhadap Israel. Mereka mendesak pengekangan dan pengambilan keputusan rasional untuk menghindari ketidakstabilan lebih lanjut di wilayah tersebut.

Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa mengatakan pada Senin (15/4/2024) bahwa Timur Tengah berdiri di tepi tebing dan menyerukan de-eskalasi dalam konflik antara Israel dan Iran.

Baca Juga

Iran meluncurkan ratusan drone dan rudal ke Israel pada Sabtu malam sebagai tanggapan atas dugaan serangan Israel terhadap konsulat Teheran di Damaskus yang menewaskan tujuh petugas Pengawal Revolusi Iran termasuk dua komandan senior. Israel tidak mengonfirmasi atau menyangkal tanggung jawab atas serangan udara pada 1 April di konsulat di ibu kota Suriah.

"Kami berada di tepi tebing dan kami harus menjauh darinya," kata kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell kepada stasiun radio Spanyol Onda Cero.

Borrell mengatakan, dia mengharapkan tanggapan dari Israel terhadap serangan udara yang belum pernah terjadi sebelumnya, tetapi berharap hal itu tidak akan memicu eskalasi lebih lanjut. Dia mengatakan ada perpecahan besar dalam koalisi pemerintahan sayap kanan Israel antara kelompok garis keras yang menginginkan pembalasan sengit dan faksi yang lebih moderat dan masuk akal.

Faksi itu menganjurkan tindakan pembalasan, kata Borrell, tetapi dengan cara yang menghindari respons terhadap tanggapan tersebut.

Selanjutnya...

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement