Rabu 28 Feb 2024 14:55 WIB

Kasus Bullying Santri Hingga Wafat di Kediri, ini Kata Rektor UIN Jakarta

Rektor UIN Jakarta menilai pesantren sangat mampu mencegah bullying.

Prof Asep Saepudin Jahar.
Foto: Dok.Republika
Prof Asep Saepudin Jahar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Santri sebuah pesantren di Kediri diduga menjadi sasaran bullying seniornya hingga wafat. Kasus ini menjadi sorotan masyarakat luas. 

Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Asep Saepudin Jahar, menilai pesantren sebagai lembaga pendidikan mesti memiliki manajemen yang baik. Hal ini harus diselaraskan dengan kehidupan di pesantren. 

Baca Juga

Guru Besar UIN Jakarta ini menjelaskan beberapa upaya mencegah bullying di pesantren.

Pertama, Pesantren harus memiliki sistem mitigasi yang terintegrasi dengan kurikulum, baik intra maupun ekstra.

Misalnya, dalam materi pelajaran, para santri belajar berbagai pengetahuan dengan nilai nilai etika, moral, dan akhlak yang baik.  

“Dalam kehidupan di asrama, pentingnya penekanan terhadap pertemanan yang berasal dari berbagai budaya dan sifat manusia, sehingga tidak mudah untuk melakukan perundungan atau bullying,” tuturnya, Rabu (28/2). 

Kedua, monitoring yang saksama dilakukan secara berjenjang.

Di asrama, misalnya, pemantauan dilakukan oleh ketua kamar, lalu pengurus asrama (santri), kemudian ustaz atau guru penanggung jawab asrama. Selain itu bagian pengasuhan juga perlu memantaunya. Lebih lanjut, di dalam kelas atau majelis ilmu, pun demikian.  

Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini menekankan monitoring perlu dilakukan oleh ketua kelas, wali kelas, dan organisasi santri atau siswa, hingga direktur atau kepala sekolah. 

Perlu CCTV

Bahkan, dalam sistem mengatur tempat tidur atau kamar juga harus selalu bergilir dan berubah tempat. Supaya ada penyegaran dan mengubah suasana sehingga tidak lagi jadi objek perundungan. 

“Di antara pengasuh pesantren juga perlu ada perhatian khusus agar terciptanya komitmen yang objektif untuk setiap santri, bahkan perlu ada kamera pengawas atau CCTV untuk mengontrol,” ucapnya.

Evaluasi juga penting dilakukan secara berkala

Hal ini dilakukan secara periodik: harian, dua harian, hingga satu pekan. Evaluasi dapat dipimpin langsung oleh pengasuh atau pimpinan pesantren setiap awal pekan. 

“Dalam program evaluasi ini, pengasuh sudah mengantongi beragam permasalahan di lingkungan pesantren dan memiliki solusi terhadapnya, baik itu reward maupun punishment,” kata Asep.  

 

Lihat halaman berikutnya >>>

 

sumber : mgrol151
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement