Selasa 25 Nov 2025 15:49 WIB

3 Metode Nabi Dalam Mengajar

Rasulullah SAW merupakan suri teladan yang terbaik.

Kubah hijau di Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi menjadi tanda di bawahnya terdapat makam Rasulullah SAW dan dua sahabat mulia, Abu Bakar dan Umar bin Khattab.
Foto: Karta Raharja Ucu/Republika.co.id
Kubah hijau di Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi menjadi tanda di bawahnya terdapat makam Rasulullah SAW dan dua sahabat mulia, Abu Bakar dan Umar bin Khattab.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Proses belajar-mengajar sering kali bertumpu pada kemampuan seorang guru dalam menyampaikan informasi dan ilmu pengetahuan. Para murid atau publik umumnya tidak jarang meleset dari pemahaman yang semestinya. Hal itu lantaran adanya kesenjangan komunikasi (miscommunication) antara kedua belah pihak.

Dalam konteks ini, Rasulullah Muhammad SAW merupakan suri teladan yang terbaik. Beliau shalallahu 'alaihi wasallam memberikan sekurang-kurangnya tiga metode. Seluruhnya dapat menjadi model bagi guru atau insan pengajar dalam proses transmisi keilmuan.

Baca Juga

Kesabaran

Untuk memahaminya, lihatlah bagaimana kitab suci Alquran diturunkan oleh Allah Ta'ala kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril. Kitabullah itu sampai secara berangsur-angsur, tidak seketika utuh.

Oleh karena itu, Rasulullah SAW pun mengajarkan Alquran dan menerapkannya seiring dengan tahapan-tahapan turunnya teks yang teramat mulia itu. Proses pengajaran ini memerlukan waktu yang panjang dan daya juang yang tinggi.

Hikmahnya, seseorang hendaknya bersabar dalam memberikan materi-materi keilmuan kepada sasaran didiknya. Semua butuh proses. Tidak mungkin seketika, karena bila hal yang buru-buru diterapkan, justru memperbesar peluang miskomunikasi.

Akrab

Meskipun berkedudukan amat mulia di tengah umat manusia, Rasulullah SAW menyukai kerendahan hati. Sebab, itulah kunci dalam menjalin komunikasi dan relasi sosial yang baik dengan siapapun.

Dengan demikian, pengajaran ilmu pengetahuan akan lebih diterima dengan simpati dan mendapatkan khalayak yang semakin luas. Tidak mungkin, umpamanya, seorang ulama hidup dalam keadaan eksklusif. Adanya kerahiban sendiri dikecam dalam ajaran Islam.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement