“Istri saya bilang, 'Pah, kalau papa tetap bertahan tidak membubarkan FPI, tapi hanya membelanya atau membinanya, papa pasti 100 persen di-reshuffle. Tapi, menurut saya, kata istri saya, itu pilihan terbaik. Kalau gak malu sama umat Islam, malu sama orang Aceh,” jelas Fachrul.

Berdasarkan saran istrinya tersebut, dia pun tetap mempertahankan pendapatnya bahwa FPI tidak perlu diubarkan, tapi hanya perlu dibina. “Jadi pada saat rapat, semua menteri dan kepala badan dan lembaga tidak ada satu pun yang ngomong lain kecuali bubarkan, bubarkan, hanya saya yang menyampaikan itu,” ujar Fachrul.

Eddy Wijaya lalu bertanya lagi, “Akhirnya bapak di-reshuffle?”

“Ya itulah kelihatannya,” ucap Fachrul.

Pada saat rapat itu, ada menteri yang mengatakan di dalam FPI itu ada unsur-unsur radikal. Namun, Fachrul berpandangan bahwa justru jika FPI dibubarkan akan lebih susah untuk mengawasi orang-orang radikal tersebut.

Setelah itu, akhirnya peserta rapat pun menunggu keputusan presiden. “Seminggu kemudian saya di-reshuffle. Lalu, tiga hari kemudian lagi FPI dibubarkan,” kata dia.  

“Dan saya senang FPI dibubarkan pada saat saya tidak menjadi menteri agama,” jelas Fachrul.

Ikuti Whatsapp Channel Republika