REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Sebuah aksi penodaan terhadap kitab suci Alquran kembali dilaporkan terjadi di Swedia, tepatnya di Kota Malmo. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran meminta pemerintah Swedia mengambil langkah-langkah praktis untuk mendorong hidup berdampingan secara damai di antara orang-orang yang berbeda agama.
Menyusul terulangnya tindakan memalukan di Swedia, diplomat senior Iran Nasser Kan'ani mengatakan penodaan kesucian Islam bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar hak asasi manusia. Dunia tidak akan lupa bahwa tindakan yang menyebarkan kebencian seperti itu dilakukan di hadapan polisi Swedia.
"Iran percaya, kecaman pemerintah Swedia saja tidak cukup dalam hal ini. Kami mengharapkan pemerintah setempat secara ketat mematuhi prinsip-prinsip dasar hak asasi manusia, serta berusaha untuk mempromosikan etika dan hidup berdampingan secara damai antar agama," ujar Kan'ani dikutip di MEHR News, Senin (2/10/2023).
Selanjutnya, ia mengatakan otoritas berwajib di Swedia juga harus menanggapi tuntutan paling nyata dari umat Islam dan monoteis di dunia, dengan mengambil langkah-langkah praktis dan efektif.
Sebuah media lokal Swedia melaporkan bahwa Salwan Momika, seorang imigran Irak yang tinggal di Stockholm, menerima izin baru dari pihak berwenang Swedia untuk mengulangi penistaan di kota Malmö. Pria yang sebelumnya telah beberapa kali melakukan aksi penodaan Alquran pun kembali mengulang perbuatannya pada Sabtu (30/9/2023).
Menyusul penodaan Alquran di Swedia yang dilakukan beberapa kali, Iran memutuskan tidak menerima duta besar baru Swedia di Teheran. Keberangkatan duta besar baru Iran di Stockholm dihentikan hingga pemerintah Swedia mengubah pendekatannya terhadap kasus ini.
Di hari aksi pembakaran Alquran itu terjadi, polisi setempat dilaporkan menahan tiga orang yang berusaha mencegah tindakan tersebut. Di sisi lain, sebanyak 20 mobil, termasuk 10 kendaraan lapis baja membawa Momika meninggalkan daerah tersebut.
Swedia diharapkan bertanggung jawab...