Ahad 24 Sep 2023 20:54 WIB

Kabar China akan Rilis Alquran Versi Baru, Begini Pandangan Pakar dari UIN Jakarta 

Pakar UIN Jakarta menyarankan proporsional sikapi China rilis Alquran baru

Rep: Andrian Saputra / Red: Nashih Nashrullah
Alquran dan terjemahannya dalam berbagai bahasa di Masjidil Haram, Arab Saudi. Ilustrasi Alquran.
Foto:

Alquran diterjemahkan dengan tetap memperhatikan “rambu-rambu” yang diarahkan ulama Alquran adalah baik. Tetapi, jika upaya penerjemahan mengabaikannya dan hanya fokus pada “tendensi tertentu”, akan berpotensi mengalihkan konteks makna yang dikandung sebuah ayat Alquran. 

Diperlukan sikap objektif dan keseriusan dalam upaya penerjemahan Alquran. Diperlukan upaya kolaboratif dengan sejumlah ahli, baik di bidang bahasa (asal dan tujuan) maupun bidang lainnya, terlebih ahli tafsir Alquran. 

Perspektif agama kita menghakimi ideologi agama lain tidaklah bijak karena masing-masing memiliki pijakan yang berbeda. Sama halnya jika persoalan perang di masa Rasulullah SAW (zaman pewahyuan) dijadikan dasar argumentasi bahwa Islam identik dengan “agama perang” tidaklah tepat, karena peperangan telah ada jauh sebelum masa Rasulullah SAW, bahkan boleh dikata seusia dengan hadirnya manusia di muka bumi. Potensi menegatifkan pihak lain dengan menggunakan parameter kita akan sangat besar.  

Upaya mengaitkan dan mencari kesamaan kandungan Alquran dengan di agama tertentu bukan hal baru, selama dilakukan secara objektif dan argumentatif. 

Salah satu contoh kecil adalah buku yang ditulis Tarif Khalidi berjudul The Muslim Jesus: Sayings and Stories in Islamic Literature (Harvard University, 2001). 

Belum lagi karya-karya akademik dari berbagai perguruan tinggi, baik dalam maupun luar negeri yang berupaya mencari simpul kesamaan dalam Alquran dengan kitab suci agama atau kepercayaan lain. Yang penting adalah objektif dalam prosesnya dan tidak ada kesan “pemaksaan” terhadap sebuah makna. 

photo
Infografis Berapa Tahun Diturunkannya Alquran - (Republika)

 

Pandangan yang menyebut Alquran sebagai kitab suci yang menginspirasi tindak terorisme dengan merujuk pada pengakuan dan cara pandang teroris, tentu ini keliru besar. 

Mereka yang berlaku kekerasan mengatasnamakan agama bukanlah Muslim sejati, tetapi mereka telah melakukan tindak penyelewengan terhadap Islam itu sendiri. Islam itu identik dengan “keramahan”, bukan “kemarahan”.  

Kita harus bersikap proporsional terhadap karya-karya yang dihasilkan oleh siapapun terkait uraian Alquran. Sesuatu yang berbeda dengan yang kita pahami selama ini bisa di tabayun kepada yang ahlinya. Menyikapinya pun harus secara proporsional, bijak, dan argumentatif, tidak dengan sentimen yang berlebihan.  

 

Bagi kalangan akademisi yang menekuni studi Alquran sudah terbiasa membaca dan mendalami argumentasi yang berbeda dengan mainstream. Namun, justru argumentasi seperti itu dijadikan bahan atau “pancingan” untuk dikaji lebih lanjut, sehingga melahirkan pemahaman yang lebih kuat lagi.        

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement