Senin 14 Aug 2023 12:41 WIB

Di Hadapan Ulama dari 83 Negara, KH Cholil Nafis Gemakan Wasathiyatul Islam di Indonesia

Di forum internasional, Kiai Cholil nafis promosikan Islam moderat.

Rep: Muhyiddin/ Red: Erdy Nasrul
Ketua MUI bidang Dakwah dan Ukhuwah KH Muhammad Cholil Nafis di Konferensi Tokoh Islam Internasional di Arab Saudi.
Foto:

Rais Syuriah PBNU ini mengatakan, wasathiyatul Islam atau Islam moderat tersebut juga kerap menjadi tema Muktamar NU dan Muhammadiyah, serta Musyawarah Nasional MUI. “Pada prinsipnya Indonesia mampu menjaga kesatuan dan persatuan dengan banyak ragam etnis dan agama karena mayoritas umat berpaham Islam wasathi,” ucap Kiai Cholil.

Jikalau masih ada peristiwa terorisme dan ekstrimisme bahkan pengeboman, kata dia, hal itu karena masih ada sebagian umat yang punya paham eksklusif dan biasanya tak berafiliasi dengan organasasi kemasyarakatan Islam besar di Indonesia.

“Kenyataan ekstremisme di tengah-tengah umat menjadi tugas ulama dan tokoh umat untuk terus menyerukan damai dan memahami Islam yang benar,” kata Kiai Cholil.

Sebenarnya, lanjut Kiia Cholil, sumber ekstremisme, baik kiri maupun kanan itu adalah adanya paham agama yang tidak proporsional. Biasanya, kata dia, mereka memahami  ajaran Islam yang salah antara keleluasaan agama (rukhshah) dan ketetapan yang pasti dalam agama (‘azimah).

“Ekstrem kiri karena menggampangkan agama sehingga apapun bisa dipahami di luar teks atas nama kemaslahatan. Sedangkan yang ekstrem kanan karena terlalu ketat dalam memahami agama sehingga agama dipahami secara harfiyah tekstual bahkan melupakan realita kehidupan,” jelas Kiai Cholil.

Karena itu, menurut Kiai Cholil, MUI menyampaikan tentang 10 kriteria wasathiyatul Islam agar menjadi pegangan dunia Islam dalam memberi fatwa dan membimbing umat. Di antaranya, seimbang dalam memahami teks dan konteks, bisa membedakan mana wilayah penyimpangan (inhiraf) yag harus diamputasi dan wilayah perbedaan (khilafiyah) yang harus ditoleransi, bisa berpikir dinamis yangg menyeimbangkan antara ajaran agama yang baku dan ajaran Islam yang dinamis.

“Cara ber-Islam yang wasathi  ini akan selalu sesuai dengan perkembangan zaman dan mampu membangun peradaban,” kata Kiai Cholil.

 

Dunia Islam kini sedang menghadapi paham keagamaan yang ekstrem, dan saat bersamaan menghadapi sekularisasi, ateisme dan Islamofobia. “Dunia yang mengecil dengan teknologi informasi yang membanjir  dari berbagai penjuru menjadi tantangan berat tokoh agama dalam membimbing umat,” jelas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement