Jumat 07 Jul 2023 16:41 WIB

Umat Islam di Amerika Serikat Desak Biden Bersuara Sikapi Pembakaran Alquran

Pembakaran Alquran di Swedia menunjukkan buruknya Islamofobia

Rep: Mabruroh, Zahrotul Oktaviani  / Red: Nashih Nashrullah
Aksi pembakaran Alquran kembali terjadi di Swedia. Pembakaran Alquran di Swedia menunjukkan buruknya Islamofobia
Foto: Reuters
Aksi pembakaran Alquran kembali terjadi di Swedia. Pembakaran Alquran di Swedia menunjukkan buruknya Islamofobia

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON— Kelompok Muslim terkemuka di Amerika Serikat mendesak Presiden Joe Biden dan Perdana Menteri Swedia, Ulf Kristersson, untuk mengutuk pembakaran Alquran di Swedia. Perdana Menteri Swedia bertemu dengan Presiden Amerika Serikat di Gedung Putih pada Rabu (5/7/2023). 

Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) mengatakan bahwa mereka mendorong Biden dan Kristersson untuk secara jelas menyangkal kefanatikan anti-Muslim dan mengutuk pembakaran Alquran yang terjadi di Swedia pekan lalu. 

Baca Juga

"Kami bergabung dengan organisasi sipil Muslim, pemimpin agama dan negara-negara di seluruh dunia dalam mengutuk aksi pembakaran Alquran," kata Direktur Eksekutif Nasional CAIR, Nihad Awad, dalam sebuah pernyataan dilansir dari Middle East Monitor, Kamis (6/7/2023).

"Kami mendorong Perdana Menteri Swedia untuk secara jelas menolak ekstremisme anti-Muslim seperti itu selama kunjungannya ke Gedung Putih hari ini, dan kami mendorong Presiden Biden untuk melakukan hal yang sama," tambah pernyataan itu.

Awad mengatakan organisasi hak-hak sipil Muslim terbesar di Amerika Serikat berdiri dalam solidaritas dengan komunitas Muslim di Swedia dan komunitas Muslim Eropa yang lebih luas saat mereka menghadapi ancaman xenofobia, rasisme, dan kefanatikan anti-Muslim yang terus-menerus.

Pada hari raya Idul Adha pekan lalu, seseorang yang diidentifikasi sebagai Salwan Momika, membakar Alquran di bawah perlindungan polisi di depan Masjid Stockholm.

Tindakan kriminal itu memicu kecaman luas di seluruh negara Arab dan Muslim, di tengah seruan agar Swedia mengakhiri tindakan provokasi terhadap simbol Islam. 

Organisasi Kerjasama Islam (OKI) semakin gencar menyerukan perang melawan Islamofobia dan penghinaan terhadap simbol-simbol agama. 

Baca juga: Ada 100 Juta Kerikil untuk Lempar Jumrah Jamaah Haji,  Kemana Perginya Seusai Dipakai? 

Terbaru, mereka meminta negara-negara anggota mensponsori produksi seni dan media, untuk mendukung agenda tersebut.

"Langkah itu bertujuan untuk mengklarifikasi dan memperkuat prinsip-prinsip toleran Islam, yang menyerukan koeksistensi, toleransi dan menghormati satu sama lain dan meninggalkan kekerasan, intoleransi dan kebencian," kata Direktur Departemen Informasi OKI, Wajdi Ali Sindi, pada pertemuan darurat Serikat Penyiaran Negara-negara OKI (OSBU), dikutip di Anadolu Agency, Kamis (6/7/2023).

Pertemuan tersebut juga dilaporkan membahas seputar mekanisme menghadapi penodaan tempat suci agama di media. Hal ini dibahas setelah aksi pembakaran kitab suci Alquran, pekan lalu di Swedia.

Sindi mengatakan OKI bekerja dengan mitranya untuk meningkatkan pemahaman tentang penggunaan kebebasan berekspresi yang bertanggung jawab di media.

Di sisi lain, pihaknya juga berupaya untuk membangun mekanisme nasional, dengan meminta pertanggungjawaban media yang terus menyebarkan ujaran kebencian dan intoleransi, serta menerapkan strategi media OKI untuk memerangi Islamofobia.

 

Sumber: middleeastmonitor 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement