REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ketua Presidium Medical Emergency Rescue Committee (MER-C), yang juga aktivis perjuangan Palestina, dr Sarbini Abdul Murad, menyampaikan tanggapan atas pernyataan pimpinan Pesantren Al Zaytun soal hubungan diplomatik Indonesia dan Israel.
"Pernyataan Panji Gumilang aneh dan nyeleneh. Seharusnya dia paham bahwa membuka hubungan diplomatik dengan Israel melanggar konstitusi dan mengkhianati sejarah. Narasi ini patut kita sayangkan," kata dia kepada Republika.co.id, Selasa (9/5/2023).
Menurut Sarbini, Indonesia tidak akan bisa membantu Palestina saat keran hubungan diplomatik itu dibuka. Ini terbukti dengan beberapa negara Arab yang telah membuka hubungan dengan Israel tapi lemah ketika melihat Israel menyerang Palestina.
"Bukti ini sudah cukup membuktikan bahwa kita tidak bisa membantu Palestina meski hubungan diplomatik tersebut dibuka. Hubungan Diplomatik dengan Israel malah merugikan Palestina secara politik," kata dia.
Pimpinan yang juga pendiri Pondok Pesantren Al Zaytun, Abdussalam Rasyid Panji Gumilang, menginginkan Indonesia membuka hubungan diplomatik dengan Israel. Ini dia sampaikan dalam sebuah sesi wawancara dengan jurnalis Suara Tapian, Hotman J Lumban Gaol dan jurnalis Majalah Tokoh Indonesia, Tentang Tangdalla yang disiarkan melalui kanal YouTube SuaraTapian TV beberapa hari lalu.
Dalam kesempatan itu, Panji Gumilang mengatakan keinginannya mendorong normalisasi hubungan diplomatik Indonesia dengan Israel. Sebab baginya Israel merupakan pusat dari perkembangan dunia.
Panji bahkan ingin bicara langsung dengan Israel meski bukan mewakili pemerintah tetapi atas nama pribadinya. Dia menganggap lucu Indonesia sebagai negara besar yang tidak mau mengakui Israel yang ia sebut sebagai negara pusat perkembangan dunia.
"Yerusalem (Israel) itu sentral menurut saya, dari bacaan agama agama yang ada, semua arahnya ke Yerusalem. Jadi harus ditempuh. Kalaulah tidak negara atau pemerintah negara, ya person person-nya lah harus mendekat, supaya cair," kata Panji Gumilang.
Panji Gumilang juga menyampaikan, dalam Undang-Undang Dasar tak ada batasan untuk berhubungan dengan negara manapun. Dia menyebut Yerussalem sebagai kota yang diperebutkan. Dia juga meminta agar mengikuti ketetapan PBB yang menyatakan Yerusalem sebagai kota internasional.
"Itu kalau Indonesia bisa duduk bersama, Israel, Palestina, wakil Yerusalem, walau tidak serta merta bisa diatasi, tetapi dua tiga merta bisa diatasi. Tapi kan sayang kita belum membuka hubungan diplomatik, hanya gara-gara menganggap Israel itu penjajah. Amerika yang membombardir kemana-mana tidak dikatakan penjajah, malah tambah dekat. Prancis yang sampai hari ini punya jajahan itu, kita dekat," katanya.