Ahad 15 Jan 2023 17:00 WIB

Kunjungi Stand Balitbang, Menag Apresiasi Mushaf Alquran Isyarat

Menag menggerakkan jemarinya, mencoba membaca Alquran isyarat.

Ilustrasi Alquran braile atau Alquran dengan bahasa isyarat.
Foto: ANIS EFIZUDIN/ANTARA
Ilustrasi Alquran braile atau Alquran dengan bahasa isyarat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Menteri Agama Yaqut Cholis Qoumas (Gus Men) mengapresiasi terbitnya Mushaf Alquran Isyarat untuk Penyandang Disabilitas Sensorik Rungu Wicara (PDSRW) atau Teman Tuli. 

Gus Men menunjukkan apresiasinya saat meninjau stan pameran produk-produk hasil kajian Balitbang dan Diklat dalam kegiatan Pameran Kinerja dan Bazar UMKM yang diselenggarakan pada 13-14 Januari 2023 di Kantor Kemenag Pusat, Jl. Lapangan Banten Jakarta Pusat.

Di depan stan pameran, Menag sangat antusias menggerakkan jari-jarinya, mencoba mempraktikkan cara membaca Alquran isyarat dipandu oleh salah satu pegawai LPMQ.

Dalam kesempatan berbeda, istri Gus Men, Eny Retno Yaqut juga menyempatkan berkunjung di stan pameran. Eny sangat mengapresiasi Mushaf Alquran Braille untuk tunanetra yang telah ditetapkan Kemenag sebagai salah satu Mushaf Alquran Standar Indonesia. Di hadapan petugas dan pengunjung stan pameran, Eny berpesan agar Mushaf Braille didistribusikan di lembaga-lembaga pendidikan inklusi.

"Alquran Braille ini produk yang luar biasa. Ini harus segera dibagi-bagikan ke sekolah-sekolah inklusi, Sekolah Luar Biasa (SLB), dan Yayasan-yayasan untuk tunanetra," pesannya di Jakarta, Sabtu (14/01/2023).

Sementara itu, dalam kesempatan wawancara, Kepala Pusdiklat Teknis Keagamaan Mastuki mengatakan Mushaf Alquran Isyarat adalah salah satu bentuk kepedulian Kemenag kepada penyandang disabilitas. 

"Saya memandang bahwa kehadiran Mushaf Alquran Isyarat ini adalah bentuk kepedulian Kementerian Agama kepada masyarakat berkebutuhan khusus," ungkapnya setelah mengikuti Gerak Jalan Sehat Kerukunan Umat Beragama, dalam rangkaian peringatan Hari Amal Bhakti (HAB) ke-77, di Jakarta Pusat.

Mastuki menambahkan, hal ini juga sekaligus menunjukkan bahwa pendidikan inklusi dan disabilitas masih sangat terbatas dalam memiliki akses literasi Alquran. Maka, produk ini harus disosialisasikan secara berkelanjutan oleh berbagai pihak. Secara sistematis, bisa pula melalui pelatihan-pelatihan di Pusdiklat yang dikerjasamakan dengan pihak-pihak yang peduli dengan pendidikan masyarakat berkebutuhan khusus.

"Bila ini dapat dilakukan, maka Kementerian Agama, Badan Litbang dan Diklat, serta LPMQ akan memiliki credit point yang besar,” ujarnya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement