REPUBLIKA.CO.ID, SANA'A -- Kementerian Luar Negeri Yaman mengutuk keras majalah Prancis Charlie Hebdo yang sesekali menyalahgunakan tokoh dan simbol agama Islam dengan menerbitkan kartun. Terbaru, adalah publikasi gambar tidak senonoh dari tokoh Islam yang diwakili oleh Ayatollah Allah Ali Khamenei, yang menjadi referensi Islam global.
Kemenlu Yaman, seperti dikutip dari Saba, Rabu (11/1/2023), menekankan, majalah Charlie Hebdo mengikuti jejak yang sama dengan surat kabar Denmark Jyllands-Posten, yang menerbitkan gambar-gambar yang menyerang Islam, memprovokasi ketidaksepakatan, kebencian dan permusuhan antara masyarakat dan agama.
Hal tersebut, menurut kementerian Yaman, akan berdampak negatif di benua Eropa, terutama di Prancis. Yaman menyerukan kepada Pemerintah Prancis untuk memikul tanggung jawabnya untuk tidak mengeksploitasi hak berekspresi, kebebasan berpendapat dan menyebarluaskan penyalahgunaan kepribadian dan kesucian agama, dan menjauh dari standar ganda dalam penggunaan nilai-nilai kebebasan.
Pernyataan itu menekankan bahwa konsep kebebasan pribadi dan kebebasan berekspresi dan publikasi dipertaruhkan. Perbedaan politik antara Republik Islam Iran dan sejumlah negara Barat mengenai file nuklir Iran tidak boleh dikaitkan dengan memasukkan batas perambahan simbol nasional dan agama.
Kemenlu Yaman juga mendesak Pemerintah Prancis dan Eropa mengambil langkah serius untuk mencegah penyalahgunaan konsep kebebasan berbicara yang digunakan untuk menyebarkan benih hasutan, kebencian, dan perang.
Selain itu, Kemenlu Yaman meminta Dewan Hak Asasi Manusia PBB untuk mengutuk majalah "Charlie Hebdo" dan untuk mulai membahas bagaimana melindungi nilai-nilai hak asasi manusia dan kebebasan dari penyalahgunaan. Karena alasan politik dan lainnya adalah salah satu motif terpenting untuk pembentukan Dewan Hak Asasi Manusia pada 2005.