REPUBLIKA.CO.ID,RIYADH -- Arab Saudi, Uni Eropa dan Liga Arab berencana mengadakan pertemuan tingkat menteri secara tertutup. Menurut sumber diplomatik dan dokumen yang diperoleh Al Arabiya English, pertemuan ini akan membahas Prakarsa Perdamaian Arab.
“Tidak adanya prospek resolusi politik untuk mengakhiri konflik Israel-Palestina, memburuknya situasi kemanusiaan yang mengkhawatirkan, meningkatnya ancaman terhadap solusi dua negara, serta pertumbuhan pesat permukiman ilegal Israel di titik wilayah Palestina yang diduduki bisa mengacu pada situasi eksplosif, yang dapat meletus kapan saja dan berputar menjadi gelombang kekerasan baru atau bahkan perang yang mengancam rakyat Palestina dan wilayah yang lebih luas,” bunyi dokumen itu.
Inisiatif Perdamaian Arab, yang disusun Arab Saudi pada 2002 merupakan proposal untuk mengakhiri konflik Arab-Israel. Liga Arab mendukung rencana perdamaian di KTT Beirut pada tahun yang sama. Sementara itu, negara-negara Arab mengatakan mereka akan menormalkan hubungan dengan Israel dengan imbalan penarikan penuh Israel dari tanah Palestina yang direbut pada 1967 dan menciptakan negara Palestina.
Lebih lanjut, dokumen tersebut menuliskan dalam rentang waktu dua puluh tahun kemudian, meluncurkan kembali Inisiatif Perdamaian Arab untuk mendukung perjuangan Palestina dan keamanan regional, merupakan langkah penting menuju dibukanya jalan untuk mengatasi rintangan yang menghalangi terwujudnya perdamaian yang adil dan abadi.
Dilansir di Al Arabiya, Rabu (21/9/2022), tujuan dari pertemuan tersebut adalah melihat prospek rencana aksi nyata untuk menghidupkan kembali proses perdamaian, berdasarkan Inisiatif Perdamaian Arab dan Resolusi PBB.
Pertemuan itu diprakarsai dan dipimpin oleh Arab Saudi, sementara itu disponsori bersama oleh Liga Arab dan diselenggarakan oleh Uni Eropa. Di dalamnya akan dipertemukan para pejabat dari lebih dari 25 negara dan organisasi, termasuk PBB, Liga Arab dan Organisasi Kerjasama Islam (OKI).
Perwakilan dari Aljazair, Bahrain, Mesir, Prancis, GCC, Irak, Yordania, Kuwait, Lebanon, Maroko, Norwegia, Oman, Palestina, Qatar, Spanyol, Swedia, Sudan, Tunisia, UEA, Inggris, AS dan Yaman juga disebut akan hadir.
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borell akan memberikan pidato pembukaan sebelum diplomat top Arab Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan. Sekretaris Jenderal Liga Arab Ahmed Aboul Gheit juga akan menyampaikan sambutannya.
Asisten Menteri Luar Negeri untuk Urusan Timur Dekat Barbara Leaf akan mewakili AS. AS secara sepihak mengakui Yerusalem sebagai ibu kotanya di bawah pemerintahan Trump pada 2017.
Dalam beberapa tahun terakhir, segelintir negara Arab dan Afrika Utara membuat kesepakatan damai dengan Israel yang mengakui negara Yahudi. Tetapi, negara-negara itu telah menyuarakan dukungan mereka pada solusi dua negara untuk konflik Palestina-Israel, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kota Palestina.
Uni Emirat Arab, Bahrain, Maroko dan Israel menandatangani apa yang dikenal sebagai Kesepakatan Abraham pada 2020, dalam sebuah kesepakatan yang ditengahi oleh pemerintahan Trump. Mesir dan Yordania sebelumnya juga telah berdamai dengan Israel.
Sumber:
https://english.alarabiya.net/News/middle-east/2022/09/20/Arab-League-Saudi-Arabia-convene-ministerial-meeting-to-revive-Arab-Peace-Initiative