Pada 2003, ASI mengatur agar umat Hindu melaksanakan ibadah di tempat itu setiap Selasa, sementara umat Islam melakukannya pada Jumat.
Namun, pada Mei, sebuah litigasi diajukan kelompok sayap kanan Hindu Fromt of Justice menentang perintah ASI.
"Hanya anggota komunitas Hindu yang memiliki hak mendasar berdasarkan pasal 25 Konstitusi India untuk melakuka puja (doa) dan ritual di tempat Dewi Vagdevi/Saraswati di dalam tempat Saraswati Sadan, terletak di Dhar, kata petisi tersebut.
"Anggota komunitas Muslim tidak berhak menggunakan bagian apapun dari properti tersebut di atas unyuk tujuan keagamaan apapun."
Masjid Teele Wali adalah Laxman Tila dan harus dikembalikan kepada umat Hindu, menurut petisi tersebut.
Petisi lain menentang Hazray Khwaja Garib Nawaz Dargah di Distrik Ajmer Rajasthan telah mengejutkan komunitas Muslim. Ini adalah makam santo Sufi Khwaja Moinuddin Chishti, seorang santo Sufi abad ke-13 dan filsuf.
Pada Mei, sebuah petisi diajukan oleh kelompkk sayap kanan Hindu Maharana Pratap Sena yang mengeklaim bahwa situs tersebut adalah sebuah kuil dan menuntut survei itu oleh ASI.
"Dargah Khwaja Gareeb Nawaj adalah kuil Hindu kuno yang sebelumnya. Simbol Swastuk ada di dinding dan jendela. Kami menuntut agar ASI melakukan survei terhadap Dargah tersebut," kata ketua kelompok itu kepada wartawan.
Menurut Rezavu, tuntutan saat ini untuk merestorasi kuil lebih tentang retribusi daripada keadilan, karena sekarang pengadilan sering mengizinkan petisi terhadap masjid sehingga membantu kelompok Hindu.
Agenda kanan Hindu hampir selalu adalah untuk menjelek-jelekkan Muslim dengan menggunakan versi sejarah yang menunjukkan penguasa Muslim India pada Abad Pertengahan sebagai orang yang sulit diatur dan tidak adil.
"Nasionalis Hindu sekarang percaya bahwa negara bersama mereka dan mereka sekarang dapat menuntut kembalinya tempat ibadah Muslim lainnya kepada umat Hindu. Inilah sebabnya mengapa di Mahura atau Mysuru, nasionalis Hindu menuntut hak untuk beribadah di tempat-tempat suci Muslim atau mengancam untuk menghancurkan mereka," kata Manimugdha Sharma, peneliti doktoral PhD dalam sejarah di Universitas British Columbia, Kanada dan peneliti di Institute of Asian Research, School of Public Policy and Global Affairs kepada TRT World.
Rezavi menggemakan pandangan yang sama. Dia mengatakan Muslim dikambinghitamkan atas apa yang dilakukan beberapa raja Abad Pertengahan terhadap umat Hindu di abad ke-17 adalah bagian utama dari revisiomisme sayap kanan Hindu yang sangat kontras dengan apa yang telah diajarkan dalam buku teks India sejak neagra itu memenangkan kemerdekaan dari Inggris pada 1947.
Bagi Sharma, India telah sampai di titik di mana semangat nasionalistik Hindu tidak mementingkan fakta. "Dalam pertempuran iman versus fakta, fakta jarang menang," katanya kepada TRT World.