Ahad 24 Apr 2022 23:05 WIB

Sandiaga: Wisata Halal Jadi Kesempatan Besar Bagi Umat Muslim

Muslim memiliki peluang besar untuk mengembangkan pariwisata halal.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Esthi Maharani
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, Sandiaga Uno.
Foto: Dok Majalah Top Business
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, Sandiaga Uno.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno menyampaikan, umat Muslim memiliki peluang besar untuk mengembangkan pariwisata halal. Dia mengatakan, pariwisata halal selain karena memiliki pasar yang bagus, juga prospektif.

"Wisata ini juga melibatkan banyak rumah tangga umat Muslim. Itu yang menjadi pertimbangan. Maka sekali lagi, salah satu agenda peningkatan ekonomi umat adalah wisata halal karena melibatkan rumah tangga umat," tutur dia saat menghadiri acara Dinamiku Darul Hikam bertajuk 'Program dan Agenda Umat Islam Menuju Indonesia Emas 2045' secara daring pada Ahad (24/4/2022).

Sandiaga melanjutkan, pemerintah telah berkomitmen untuk mendukung pariwisata halal dengan mulai membangun berbagai infrastruktur. "Karena ini adalah ekonomi kerakyatan. Orang menjual, bukan hanya menjual dagangannya, tetapi juga menjual tempat tinggalnya dengan disewakan, dan menjual produk-produk lainnya," tuturnya.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Fatwa, KH Asrorun Ni'am Sholeh menyampaikan, umat Muslim dituntut untuk mengokohkan pondasi kehidupan yang memiliki nilai kebaikan. Dalam setiap situasi dan kondisi, nilai kebaikan ini tidak boleh larut dalam perubahan yang terjadi.

"Ini perlu dikokohkan agar ada pijakan sehingga kita tidak menjadi buih yang diterjang oleh ombak perubahan. Dan pondasi ini tentunya adalah agama kita, di mana hukum Islam ini tidak lekang oleh waktu dan tempat," tutur dia.

Kiai Asrorun juga mengingatkan untuk terus melakukan upaya perbaikan terus-menerus. Dia menjelaskan, faktor yang memicu perubahan saat ini ialah teknologi dan informasi. Penguasaan keduanya didominasi oleh belahan dunia maju yang rata-rata bukan dari dunia Muslim.

Namun, Kiai Asrorun mengatakan, teknologi dan informasi itu tetap diperlukan dengan beradaptasi terhadap perubahan tersebut. "Adaptasi agar ketika ada perubahan kita tetap memiliki identitas keislaman dan juga identitas budaya," tuturnya.

Kiai Asrorun melanjutkan, dinamika perkembangan teknologi memang sangat cepat tetapi bisa dioptimalisasi untuk memudahkan umat Muslim melaksanakan ibadah. Misalnya dalam menentukan awal Ramadhan, menunaikan zakat, berinfak, dan lainnya. "Berinfak, kalau dulu manual, meletakkan kotak di masjid, tetapi sekarang muncul platform alternatif yang memungkinkan jangkuan lebih luas," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement