Sabtu 12 Feb 2022 01:01 WIB

Muslim Krimea Berharap tak Ada Lagi Konflik di Ukraina 

Tatar Krimea di Kiev dan kota-kota Ukraina lainnya cemaskan langkah Rusia.

Rep: Ratna ajeng Tejomukti/ Red: Agung Sasongko
Etnis Tatar di Krimea
Foto:

Kudusov takut diskriminasi dan penganiayaan serupa dengan apa yang dia alami selama pengasingannya dan bergabung dengan banyak dari 300 ribu Tatar Krimea dalam memboikot referendum. Pasukan pendudukan segera mulai menindak Tatar Krimea dan aktivis pro-Ukraina.

Pada 3 Maret 2014, Reshat Ametov, seorang Tatar Krimea dari wilayah Simferopol, dibawa pergi saat unjuk rasa oleh tiga pria tak dikenal dengan jaket bergaya militer. Tubuhnya kemudian ditemukan dengan tanda kematian yang kejam. Itu adalah yang pertama dari beberapa penghilangan paksa.

Kudusov, yang takut akan nasib serupa, mengemasi tasnya dan meninggalkan Krimea bersama istri dan empat anaknya untuk memulai hidup baru di Kiev.

Kemudian, pihak berwenang Rusia akan melarang Mejlis, badan perwakilan Tatar Krimea melabelinya sebagai ekstremis dan menutup saluran televisi Tatar. Sekitar 10 persen Tatar Krimea telah pindah dari semenanjung itu sejak pencaplokan.

Kherson kemudian menjadi pilihan mereka, sebuah kota di Ukraina selatan, atau Kiev, ibukota negara Ukraina. Namun terlepas dari ketegangan baru, Kudusov yakin bahwa Ukraina akan mampu mengusir invasi lebih lanjut dari Rusia karena angkatan bersenjatanya yang lebih besar dan lebih baik dibandingkan dengan 2014, ketika konflik dimulai. Sebaliknya, ia yakin bahwa Krimea akan dikembalikan ke Ukraina.

 "Tatar Krimea akan benar-benar kembali lagi, Kakek-nenek saya dideportasi dan menghabiskan 45 tahun di pengasingan, tetapi mereka selalu mengatakan kepada saya bahwa kami akan kembali, dan kami melakukannya,"ujar dia.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement