REPUBLIKA.CO.ID, LONDON – Kepala Masjid Finsbury Park, London, Mohammed Kozbar, mengaku adanya peningkatan serangan kebencian terhadap wanita Muslim di Inggris. Kozbar telah meminta pemerintah untuk mengakui Islamofobia itu ada di masyarakat.
“Kami mendapat laporan, ada banyak wanita Muslim yang menjadi target utama Islamofobia. Terkadang, mereka tidak bisa membela diri. Banyak dari mereka menjadi sasaran saat berada di fasilitas umum,” kata Kozbar.
Serangan itu terjadi sangat serius dan membekas sehingga beberapa wanita berhenti keluar sendiri. Mereka cukup ketakutan karena berpikir serangan bisa terjadi kapan pun.
Beberapa serangan Islamofobia juga terjadi di masjid. Serangan terbaru adalah panggilan prank. Ini tidak separah pada tahun 2015 di mana masjid berusaha dibakar oleh oknum tidak bertanggung jawab. Namun, upaya itu berhasil gagal karena hujan deras mengguyuri London.
“Ada berbagai jenis Islamofobia dan cara menyerang yang berbeda. Inilah mengapa Bulan Peduli Islamofobia menjadi penting. Ini tentang kesadaran, ini tentang mendidik masyarakat dan komunitas tentang apa yang terjadi,” ujar dia.
Kozbar meminta pemerintah untuk mengakui bahwa Islamofobia ada di tengah masyarakat. “Mereka harus menghadapinya seolah-olah itu adalah bentuk rasialisme lainnya, seperti anti-semitisme pada umumnya. Sampai sekarang, kami belum melihat adanya tindakan nyata untuk melawannya,” tambahnya.
Terkait islamofobia ini, Home Office, lembaga intelijen Inggris, laporkan sensus 2021 yang menyebutkan bahwa Muslim telah menjadi target hampir setengah dari kejahatan kebencian rasial. Kasus kejahatan bermotif kebencian yang menargetkan Muslim mencapai 45 persen dari total kejahatan rasial yang terjadi sepanjang tahun. 45 persen, atau sekitar 2.703 pelanggaran tersebut termasuk tindakan yang menargetkan lebih dari satu kelompok agama.
Sekretaris Jenderal Dewan Muslim Inggris (MCB) Zara Mohammed mengutuk bentuk kefanatikan yang meluas dan ancaman yang ditimbulkannya, terutama bagi kaum muda Muslim. Kejahatan kebencian bermotivasi rasial mengalami peningkatan sebesar 12 persen sementara volume dakwaan telah mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir, katanya, menambahkan perlunya tindakan lebih lanjut.
November ini telah menjadi awal Bulan Kesadaran Islamofobia (IAM), dengan organisasi Muslim menyerukan kesadaran dan toleransi yang lebih luas untuk membantu mengatasi masalah kejahatan bermotif rasial dan agama ini. Salah satu solusi, yang didukung oleh MCB, adalah agar pemerintah menerima definisi Islamofobia dari All-Party Parliamentary Group (APPG) 2018, “Islamofobia berakar pada rasisme dan merupakan jenis rasisme yang menargetkan ekspresi Muslim atau persepsi Muslim.”
Proyek Islamophobia Response Unit (IRU) di bawah organisasi Mend telah bekerja untuk memecahkan masalah dengan pendekatan jangka panjang. Unit ini berfokus pada dukungan hukum dan emosional gratis sepanjang tahun kepada para korban, pengumpulan data tentang statistik kejahatan rasial, dan penunjuk arah ke organisasi mitra.
Dilansir Islington Tribune, Ahad (7/11), pada 26 November nanti, masjid akan menyelenggarakan acara peningkatan kesadaran Islamofobia dengan menghadirkan beberapa pembicara dan tur masjid. Pihak masjid juga bekerja dengan dewan dan polisi untuk menghubungi sekolah dan mengadakan pertemuan tentang kesadaran Islamofobia.
Ketua Komunitas Islington Una O\'Halloran mengatakan pihaknya menyadari setiap orang memiliki peran dalam menyerukan diskriminasi dan ketidakadilan. “Tidak ada tempat untuk kebencian di sini. Kami bangga menjadi wilayah yang ramah dan inklusif yang merayakan keragaman, memperjuangkan inklusi, dan menantang ketidaksetaraan,” kata dia.
Sumber:
http://islingtontribune.com/article/muslim-women-live-in-fear-of-racism?sp=1&sq=muslim
https://www.standard.co.uk/news/crime/antimuslim-hate-crimes-muslim-council-britain-islamophobia-awareness-month-b963932.html