REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sekretaris Jenderal (Sekjen) Majelis Ulama Indonesia (MUI), Buya Amirsyah Tambunan, menyebut Rasulullah SAW merupakan spirit keteladanan.
"Muhammad Rasulillah SAW mempunyai visi kerasulan, mewujudkan Islam sebagai rahmat bagi semesta alam (rahmatan lil 'alamin). Visi tersebut sangat relevan dengan misi Nabi membawa risalah, menjadi contoh yang baik (akhlaq al karimah) bagi semua makhluk di muka bumi," ujarnya dalam pesan teks yang diterima Republika.co.id, Selasa (19/10).
Misi tersebut dikatakan tidak sekadar ranah teori, namun telah ditransformasikan dalam semangat keteladanan, utamanya dalam berbagai dimensi kehidupan yang dijalani Nabi Muhammad SAW Keteladanan disebut harus sejalan antara teori maupun praktik.
Dalam QS As Saff ayat 2-3, Allah SWT menegaskan membenci orang yang pandai berbicara atau berteori, namun tidak memberi aksi dalam bentuk amal.
Agar spririt keteladanan bisa berjalan dengan baik, maka keimanan harus sejalan dengan amal saleh. Artinya, aktivitas spiritual Islam tidak semata berorientasi pada diri sendiri, tapi membawa dampak transformasi perbaikan masyarakat dalam berbangsa dan bernegara.
"Dalam sejarahnya, Nabi SAW pernah mengingatkan seorang sahabat yang hanya menekankan spritual berzikir dan berdoa (itikaf) di dalam masjid, sementara keluarga dan masyarakatnya tidak diperhatikan," lanjutnya.
Artinya, harus ada keseimbangan antara dzikir dan pikir, seperti yang tertulis dalam QS Ali Imran ayat 190-191. Spiritual keteladanan Nabi Muhammad dalam sejarah kemanusiaan semesta telah diaktualisasikan dalam berbagai dimensi kehidupan.
Amirsyah menyebut Rasulullah SAW merupakan sosok pemimpin yang tiada bandingnya dengan tokoh di permukaan bumi. Cerminan akhlak yang mulia patut menjadi teladan segenap umat manusia di alam semesta.
Dia menyebut, qudwah hasanah Beliau diakui bukan sebatas di kalangan dunia Islam, tapi juga seluruh penjuru dunia. Dalam konteks kekinian, peringatan maulid Nabi 12 Rabiul Awwal 1443 H bertepatan 19 Oktober 2021, merupakan memomentum penguatan spritual di tengah kemiskinan keteladanan.
"Pada hakikatnya Maulid Nabi bukan sekadar perayanan yang bersifat seremonial, melainkan harus mampu memperkuat kembali sosok dan perilaku (akhlak) beliau yang mulia itu," ujar dia. Peringatan Maulid Nabi dapat disebut sebagai ibadah aktual (ghairu-mahdhah) yang baik dan positif (bidah hasanah).
Menyikapi kondisi pandemi Covid-19 saat ini, di berbagai belahan dunia banyak yang kehilangan keteladanan dalam mengatasi berbagai krisis. Mulai dari krisis kepercayaan hingga dekadensi moral, semua aspek telah membuat manusia kehilangan pijakan.
Maka, dia menyebut penting menjadikan Nabi Muhammad sebagai teladan dalam berbagai aktivitas keagamaan, terutama dalam penguatan spritual, agar tidak terjebak pada bentuk keteladanan simbolis yang sering tidak sejalan dengan misi ke-Rasulan Muhammad SAW.