Ahad 08 Aug 2021 07:47 WIB

Muhammadiyah, Buku, dan Literasi di Hindia Belanda

Buku membantu mengubah cara kaum Muslim Hindia Belanda belajar mengenai agamanya.

Muhammadiyah, Buku, dan Literasi di Hindia Belanda. Bibliotheek Moehammadijah Taman Poestaka atau Perpustakaan Taman Pustaka Muhammadiyah di masa Hindia Belanda..
Foto:

Tapi, sekitar seabad yang lalu, di Hindia Belanda yang penduduk melek huruf Latinnya hanya beberapa persen dari populasi total, buku adalah barang penting yang langka, mewah, dan tak terjangkau bagi sebagian besar penduduk pribumi. Satu dari sedikit kesempatan orang kala itu untuk bisa mendapatkan dan memahami isi buku hanyalah dengan memasuki sekolah-sekolah Belanda, di mana diajarkan pelajaran membaca aksara Latin dan bahasa Belanda.

Buku-buku paling awal di Hindia Belanda dibuat dalam bahasa Belanda, karena memang teknologi percetakan adalah teknologi Barat yang belakangan diadopsi oleh bagian dunia yang lainnya. Usaha untuk memperkenalkan pembaca Muslim di Hindia Belanda dengan buku telah dilakukan Muhammadiyah sejak dekade 1920-an.

Mulanya adalah pembentukan Hoofd Bestuur Muhammadiyah Bahagian Taman Pustaka, yang diketuai oleh HM Mochtar, dan diresmikan oleh KH Ahmad Dahlan pada 17 Juni 1920. Dalam visi dan misinya, HM Mochtar memperlihatkan keinginan kuatnya untuk mengarahkan Muhammadiyah sebagai lembaga yang akan membawa kaum Muslim Indonesia mendapatkan manfaat dari teknologi yang masih baru bagi kaum Muslim kala itu: percetakan.

Produk-produk pengetahuan yang ingin ia sebarluaskan kepada kaum Muslim Hindia Belanda adalah produk berbasis percetakan: selebaran, majalah bulanan atau tengah bulanan berkala, dan buku tentang agama Islam. Kreasi produk-produk tersebut mendorong lahirnya generasi pemikir Muslim yang tidak lagi hanya menyampaikan buah pikirannya dalam forum lisan, tapi juga dalam bentuk tulisan, yang bisa dipastikan dapat menjangkau audiens yang lebih luas.

Salah satu akar kelahiran intelektual-penulis Islam di Indonesia yang menggunakan percetakan sebagai media penyebaran gagasannya bisa dilacak hingga masa pendirian Taman Pustaka ini. Sementara Taman Pustaka bertugas untuk mendorong munculnya para penulis keagamaan, Suara Muhammadiyah berperan dalam mendiseminasikan produk-produk pengetahuan para penulis itu ke berbagai wilayah di Hindia Belanda.

 

sumber : Suara Muhammadiyah
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement