Osman merasa geram lantaran sebetulnya bukan tanggung jawab warga Kanada untuk menjaga diri mereka tetap aman. "Ini membuat frustrasi karena kami harus mengambil tindakan sendiri dan mendorong perwakilan kami untuk memenuhi komitmen mereka terhadap keselamatan warga Kanada. Itu bermuara pada hukum, dan jika hukum tidak mampu membela warganya sendiri, maka kontrak sosial macam apa itu," katanya.

Ketika laporan serangan terhadap wanita Muslim telah membuat takut beberapa orang, warga Muslim Kanada dari Prince George, Nadia Mansour, menyampaikan bahwa ia tetap berpegang teguh pada Islam. Mansour merujuk pada keputusan pengadilan Quebec pada April yang menguatkan keputusan provinsi untuk melarang pegawai pemerintah dalam posisi berwenang, termasuk petugas polisi dan hakim, mengenakan simbol agama, termasuk jilbab dan sorban, di tempat kerja.

"Ini adalah indikasi besar bagi wanita Muslim yang memilih untuk mengenakan jilbab bahwa mereka tidak diterima di masyarakat kita dan mereka berbeda. Orang-orang menatapmu. Saya telah diintimidasi di sekolah menengah karena mengenakan jilbab."

"Aku bahkan melepasnya untuk waktu yang singkat. Tapi sejujurnya aku bosan mendengar omong kosong itu. Saya sebenarnya merasa lebih tidak takut. Ini adalah agama saya dan saya akan mempertahankannya. Kita hidup dalam masyarakat yang tidak benar-benar menerima Islam atau keputusan mengenakan jilbab ini," tambah Mansour.

Aruba Mahmud, seorang seniman yang berbasis di London, Ontario, mengatakan semua wanita merasakan efek dari serangan baru-baru ini. "Saya lebih waspada. Saya memiliki ketakutan yang tidak akan hilang, tetapi saya tidak ingin ketakutan itu mulai mendikte keputusan besar. Aku muak hanya menjelaskan keberadaanku."

Ikuti Whatsapp Channel Republika