Rabu 09 Jun 2021 06:07 WIB

Studi: Kebijakan China Cegah Jutaan Kelahiran Muslim Uighur

Penurunan angka kelahiran minoritas dapat meningkatkan marga Han jadi mayoritas.

Rep: Ali Mansur/ Red: Ani Nursalikah
Studi: Kebijakan China Cegah Jutaan Kelahiran Muslim Uighur. Seorang anak laki-laki Xinjiang membantu ayahnya berjualan peci khas Muslim Uighur.
Foto: AP
Studi: Kebijakan China Cegah Jutaan Kelahiran Muslim Uighur. Seorang anak laki-laki Xinjiang membantu ayahnya berjualan peci khas Muslim Uighur.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Penelitian terbaru menyebutkan kebijakan khusus China untuk mengurangi populasi mayoritas Muslim Uighur di Xinjiang dapat mencegah kelahiran sekitar empat juta bayi selama dua dekade ke depan. Proyeksi menunjukkan penurunan angka kelahiran minoritas dapat meningkatkan proporsi marga Han jadi mayoritas di seluruh China dari 8,4 persen menjadi 25 persen di wilayah tersebut.

Dikutip dari Al Arabiya, Selasa (8/6), China selama bertahun-tahun berusaha memperketat cengkeramannya di wilayah perbatasan yang luas yang secara historis ditandai oleh ketidaksetaraan ekonomi dan pecahnya kerusuhan sporadis. Jutaan orang China Han pindah ke Xinjiang dalam beberapa dekade terakhir untuk mencari pekerjaan di wilayah yang kaya batu bara dan gas. Hal itu dalam upaya permukiman yang telah menyebabkan gesekan di lapangan.

Baca Juga

Peneliti Jerman Adrian Zenz mengatakan keamanan China menyalahkan kepadatan komunitas minoritas sebagai alasan yang mendasari kerusuhan dan mengusulkan pengendalian populasi sebagai metode pengurangan risiko. Pada saat yang sama, kekhawatiran terdokumentasi secara resmi terkait kurangnya sumber daya alam di wilayah gersang untuk mendukung masuknya pemukim Han menunjukkan pihak berwenang China melihat penindasan sebagai alat utama memanipulasi susunan demografis daerah tersebut.

China pekan lalu mengumumkan reformasi besar kebijakan yang mengatur jumlah anak yang dapat dimiliki pasangan, meningkatkannya menjadi tiga saat negara itu bergulat dengan populasi yang menua. Tetapi para ahli mengatakan Beijing tidak memandang semua bayi sama-sama diinginkan di Xinjiang dan secara aktif mengejar kebijakan mengurangi jumlah anak yang lahir dari etnis minoritas.

Strateginya termasuk kebijakan pengendalian kelahiran yang ditingkatkan di wilayah tersebut. Termasuk pemenjaraan karena memiliki terlalu banyak anak dan klaim sterilisasi paksa. Dengan fokus pada empat prefektur di Xinjiang selatan dan menggunakan model yang direkomendasikan oleh beberapa cendekiawan China, Zenz mengatakan China bertujuan meningkatkan jumlah Han di Xinjiang ini menjadi seperempat dari populasi.

Zenz juga menemukan niat mengurangi pertumbuhan populasi etnis minoritas untuk meningkatkan populasi Han yang proporsional di Xinjiang selatan. Zenz mengatakan data resmi menunjukkan tingkat kelahiran Xinjiang hampir setengahnya antara 2017 dan 2019, penurunan paling tajam dari semua wilayah China dan yang paling ekstrem secara global sejak 1950.

Zenz juga menghitung pertumbuhan populasi etnis minoritas alami di Xinjiang selatan akan mencapai 13,14 juta pada 2040. Namun, tindakan penindasan itu dapat mencegah hingga 4,5 juta kelahiran di antara orang Uyghur dan etnis minoritas lainnya.

China telah menghadapi kritik internasional yang meningkat atas kebijakannya di Xinjiang. Amerika Serikat mengatakan China melakukan genosida.

Setidaknya satu juta orang dari sebagian besar minoritas Muslim telah ditahan di kamp-kamp di wilayah tersebut. Kelompok hak asasi juga menuduh pihak berwenang memberlakukan kerja paksa.

China membalas tuduhan itu, menggembar-gemborkan kontra terorisme dan pencapaian ekonominya di Xinjiang. Kemudian menerapkan sanksi balas dendam, dan mendukung tuntutan hukum terhadap pengkritiknya yang paling keras, termasuk Zenz.

https://english.alarabiya.net/News/world/2021/06/08/-Chinese-policies-could-prevent-millions-of-Muslim-Uyghur-births-in-Xiniiang

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement