REPUBLIKA.CO.ID, HEBRON — Warga Palestina di Kota Hebron, Tepi Barat yang diduduki, telah menolak usulan lima orang yang mengaku sebagai "syekh" setempat untuk memutuskan hubungan dengan Otoritas Palestina (PA). Mereka dilaporkan ingin mendirikan Emirat Hebron yang akan mengakui negara Israel.
Kemarahan itu dipicu oleh sebuah artikel di Wall Street Journal yang melaporkan lima orang syekh dari Hebron menulis surat kepada Menteri Ekonomi Israel Nir Barkat, yang mendukung Israel sebagai negara Yahudi. Artikel itu melaporkan, para tokoh yang disebut sebagai syekh itu mengusulkan untuk mendirikan emirat mereka sendiri dan bergabung dengan perjanjian normalisasi dengan Israel, seperti dilaporkan laman Middle East Eye.
Surat itu selanjutnya mengusulkan pembentukan zona industri Israel-Tepi Barat dan berjanji tidak akan ada toleransi untuk terorisme oleh pekerja Palestina. "Menerima Israel sebagai negara Yahudi lebih jauh dari yang pernah dilakukan Otoritas Palestina, dan menyingkirkan penolakan selama puluhan tahun," kata laporan itu.
Menurut laporan tersebut, inisiatif itu dipimpin oleh Wadee' al-Jaabari, yang didukung oleh empat syekh terkemuka Hebron lainnya. Sementara itu, penduduk kota setempat dan kepemimpinan politiknya lainnya mengetahui inisiatif itu.
Penduduk kota Palestina, termasuk anggota keluarga besar Jaabari, mengecam keras usulan tersebut. Dia mengatakan bahwa penulisnya tidak mewakili mereka.
Sheikh Wadee' al-Jaabari, a member of one of Hebron’s largest and most well-known families, recently proposed the establishment of a so-called “Hebron Emirate”—an initiative that would separate the city from Palestinian Authority control and normalize relations with Israel.
The… pic.twitter.com/g2t5X4bCH6
— Ihab Hassan (@IhabHassane) July 6, 2025