REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar tafsir Alquran KH. Ahsin Sakho Muhammad mengkhawatirkan rencana Cina menerbitkan Alquran versi baru yang penerjemahan dan penafsirannya dipadukan dengan konfusianisme. Ia curiga ada agenda membolak-balikkan pemaknaan Alquran bagi Muslim di Cina.
"Saya khawatir karena yang membikin itu orang-orang Cina, jadi saya kurang setuju. Kita tahu bagaimana perilaku cina terhadap Muslim Uighur sampai tidak boleh sholat dan dipaksa minum khamr. Saya curiga nantinya hal-hal seperti yang berkaitan tentang perjuangan, fi sabilillah itu dibolak-balikkan. Apalagi itu (gagasannya) oleh partai yang berkuasa, saya sangat curiga sekali, akhirnya nanti (penafsiran Alquran) disesuaikan dengan keinginan mereka," kata Kiai Ahsin kepada Republika.co.id, Jumat (22/09/2023).
Menurut Kiai Ahsin, menafsirkan Alquran tidak bisa dengan sembarangan. Ada berbagai macam syarat yang harus terpenuhi untuk menafsirkan Alquran dan menjadi seorang penafsir Alquran (mufasir).
Sebut saja beberapa di antaranya adalah kemampuan dalam kaidah-kaidah bahasa Arab. Seorang mufasir harus betul-betul menguasai gramatikal bahasa Arab dari ilmu nahwu dan shorof.
Selain itu, seorang mufasir juga harus menguasai ilmu-ilmu tentang sastra Alquran. Lebih dari itu, seorang mufasir dalam menafsirkan Alquran harus terhubung dengan hadits-hadits nabi Muhammad SAW.
Pengertian dan tafsir Alquran tidak...