Sabtu 22 May 2021 05:03 WIB

Tak Ada Perang Tanpa Suriah, tak Ada Damai Tanpa Mesir

Adagium tak ada Perang tanpa Suriah, dan tak ada damai tanpa Mesir kini masih berlaku

Suasana perang Yom Kripur.
Foto:

Akibat perang ini, Israel dapat pelajaran bahwa dia harus memperkuat dan mempermoderen tentaranya secara terus menerus. Untungnya Amerika Serikat dengan senang hati membantunya untuk selalu memperbaiki sistem persenjatanya.

Israel di titik ini kian sadar bahwa Amerika Serikat adalah 'bapak pelindungnya' dan Amerika Serikat jelas suka sekali, apalagi semenjak dahulu mereka telah menjamin keberadaan negara mungil itu dari invasi negara-negara Arab yang berada di sekelilingnya.

Bayangkan saja, betapa dahysat perang itu. Secara total 2.688 tentara Israel tewas dan kurang lebih 7.000 orang cedera, 314 tentara Israel dijadikan tawanan perang dan puluhan tentara Israel hilang (17 di antaranya bahkan sampai tahun 2003 belum ditemukan). 

Tentara Israel kehilangan 102 pesawat tempur dan kurang lebih 800 tank. Di sisi Mesir dan Suriah 35.000 tentara tewas dan lebih dari 15.000 cedera. 8300 tentara ditawan. Angkatan Udara Mesir kehilangan 235 pesawat tempur dan Suriah 135.

Golda Meir: 'My heart was drawn to a preemptive strike, but I was scared' |  The Times of Israel

Keterangan foto: Perdana Menteri Golda Meir dan anggota kabinet mengunjungi komando selatan, 29 Oktober 1973. (Kredit Foto: GPO / Yehuda Tzion)

Menyadari kedahsyatan perang itu, Israel pun senang bukan main ketika Amerika Serikat mulai Presiden Jimmy Carter mengajukan usulan putaran perundingan dengan Mesir. Setelah itu persetujuan tercapai dan pendatangan dilakukan di Camp David,yakni sebuah tempat peristirahatan Presiden Amerika Serikat seluas 0,5 km² di Taman Gunung Catoctin di Maryland, di luar Washington, DC. 

Maka kemudian antara Presiden Mesir Anwar Sadat  dengan perdana menteri Israel Menachem Begin berhasil dipertemukan. Di foto-foto tampak Sadat dan Begin berjabat tangan dan tersenyum lebar, sementara Presiden AS Jimmy Carter berada di tengahnya dengan wajah ceria menggenggam kedua tangan mereka.

Dan sejak masa itulah Israel semakin kuat. Sementara Mesir ternyata tak kunjung bisa makmur sampai sekarang. Angkatan bersenjatanya tetap ketinggalan meski sudah menjadi sekutu AS dan Israel.

Rupanya perlakuan AS kepada Mesir berbeda. Meski telah menjadi anak manis, negeri para Firaun ini ternyata cuma mendapat perlindungan sekedarnya, misalnya hanya lebih fokus melindungi kebutuhan pasokan gandum belaka.

Sementara peralatan senjata moderen kelas satu tak pernah mereka dapatkan. Amerika lebih memilih hanya memberikannya senjata utamanya kepada Israel saja.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement