Rabu 24 Feb 2021 05:03 WIB

Dakwah, Geneologi Spiritual, dan Perjuangan Trah Diponegoro

Geneologi Spiritual dan Perjuangan Trah Diponegaran

Pangeran Diponegoro mengenakan serban dan berkuda di antara para prajuritnya yang tengah berisitirahan di tepian Sungai Progo.
Foto:

Menurut Oman Fathurrahman, filolog UIN Syarif Hidayatullah sebagaimana disampaikan kepada Peter Carey: Ratu Ageng, nenek buyut Pangeran Diponegoro, adalah penganut Tarekat Syattariyah.

Berdasarkan penelitian atas naskah Jav. 69 [Silsilah Syattariyah] dari koleksi Colin Mackenzie di British Library, London, Ratu Ageng–yang disebut ‘Kangjeng Ratu Kadipaten’ dalam naskah–disebutkan dalam empat bait sebagai penganut setia yang memiliki pertalian langsung dengan para mursyid utama Tarekat Syattariyah di Jawa Barat, Syaikh Abdul Muhyi Pamijahan (1640-1715) melalui empat silsilah ulama.

Tarekat Syattarinya sendiri sampai di Nusantara lewat Pasai dimana Maulana Ishak dan putranya Maulana 'Ainul Yaqin (Sunan Giri) menurut 'Babad ing Gresik' termasuk dalam mata rantai silsilah tarekat Syattariyah yang kelak dilanjutkan oleh Syekh Abdurrauf Singkel dari Aceh dan para muridnya Syekh Burhanuddin Ulakan dari Minang dan Syekh Abdul Muhyi dari Pamijahan  berkhalwat di Goa Safarwadi, Tasikmalaya. 

 

Ada dua kemungkinan dari mana Diponegoro mempelajari kitab Tuhfah. Kemungkinan pertama dari Syarif Hasan Munadi alias Tuan Sarif Samparwedi.

Dia merupakan seorang Arab yang menjadi komandan resimen pengawal pribadi sang Pangeran, Barjumungah yang lebih dikenal dengan Basah Hasan Munadi dari jalur Syekh Abdul Muhyi Safarwadi. Kemungkunan kedua dari Taftazani, seorang pengajar agama di Mlangi (asal Sumatra?) yang mendapat sanad dari Syekh Burhanuddin Ulakan. 

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement