Jumat 25 Dec 2020 10:19 WIB

Trauma Aktivis Muslim Wina Pascapenggerebekan Polisi

Polisi dengan kekuatan berlebihan menggerebek rumahnya dengan dalih operasi teror.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Ani Nursalikah
Trauma Aktivis Muslim Wina Pascapenggerebekan Polisi. Aktivis Muslim Austria Mohammad Jamal Morad. Polisi Austria menggerebek rumah Morad atas nama Operasi Luxor.
Foto:

RM mengatakan perasaannya campur aduk antara ketakutan, ketidakpastian, dan kecemasan. Dia mencoba memahami mengapa mereka mengalami perlakuan seperti itu. RM mengatakan sejak penggerebekan itu kakaknya menderita sakit perut yang parah.

“Adikku tidak ingin membicarakan hal ini. Saya pikir dia tertekan perasaannya. Selama seminggu setelah kejadian, kami tidur bersama orang tua kami. Kami tidak ingin kembali ke kamar tempat semua ini terjadi,” katanya.

Sekitar 30 aktivis dan akademisi Muslim ditahan dan diinterogasi dalam penggerebekan polisi di 60 alamat berbeda pada 9 November dalam operasi yang disebut Operasi Luxor. Mereka dituduh mendirikan organisasi teroris, dukungan keuangan untuk terorisme, pembentukan kejahatan terorganisir, dan pencucian uang di Austria.

Penggunaan kekuatan yang tidak proporsional oleh polisi terhadap orang-orang yang dikenal masyarakat dan memperlakukan mereka sebagai teroris menimbulkan reaksi dari berbagai lapisan masyarakat. Banyak LSM, jurnalis, dan penulis menyerukan agar masalah ini segera diklarifikasi.

 

https://www.aa.com.tr/en/europe/austrian-muslim-family-cannot-forget-terror-operation-/2087758

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement