REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Ma'ruf Amin berharap pesantren mulai membiasakan dakwah menggunakan teknologi digital. Ma'ruf mengatakan, salah satu tantangan berdakwah yang dihadapi saat ini adalah masalah penguasaan teknologi digital, baik dalam bentuk media sosial maupun lainnya.
"Sebab sistem dakwah melalui teknologi digital akan lebih efektif dan lebih memungkinkan masyarakat untuk menyimak dakwah kapan saja, di mana saja, dan waktunya pun lebih fleksibel," ujar Ma'ruf saat menghadiri webinar Universitas Brawijaya bertajuk 'Peran Santri di Era Digital Menghadapi Radikalisme dan Perubahan Global, Selasa (10/11).
Ia menilai dakwah digital ini sebagai alat dakwah masa kini dan masa depan. Terutama untuk generasi milenial dan generasi Z yang kesehariannya tidak terlepas dari penggunaan media digital.
Ma'ruf mengingatkan, pesantren juga harus melaksanakan tugas pokok pesantren yaitu menyiapkan ahli-ahli agama yang mampu merespons berbagai tantangan sesuai dengan situasi. Sebab, para santrilah yang akan melanjutkan tugas para ulama yang sudah terlebih dahulu dipanggil oleh Allah SWT.
"Sejak dahulu pesantren merupakan pusat gerakan dakwah, karena para ulama sebagai waratsatul anbiya adalah sebagai pelanjut perjuangan Nabi dalam rangka membimbing umat manusia ke jalan yang lurus," ujarnya.
Selain itu, pesantren sebagai pusat pemberdayaan masyarakat juga harus melaksanakan program yang berorientasi pada peningkatan kesejahteraan pesantren dan masyarakat sekitarnya. Pesantren harus mampu menjadi pusat pemberdayaan, salah satunya di bidang ekonomi, baik yang sifatnya sektor keuangan atau sektor riil.
Saat ini, dalam sektor keuangan, pemerintah sudah menjalankan program pembentukan bank-bank wakaf mikro dan pembentukan BMT di pesantren-pesantren serta menyediakan dana melalui Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) yang berada di Kementerian Koperasi. Sedangkan dalam sektor riil pemerintah juga mendorong program one-pesantren one-product (OPOP).
"Saat ini terdapat lebih dari 28 ribu pesantren dengan jumlah santri lebih dari 18 juta. Jumlah yang sedemikian besar tentu dapat menjadi agen perubahan baik melalui bidang pendidikan, dakwah, sekaligus pemberdayaan masyarakat," katanya.