REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Agama (Kemenag) RI membuka tahapan seleksi Lomba Membaca Kitab Kuning atau Musabaqah Qira’atil Kutub (MQK) Nasional VIII. Fase ini dilakukan dengan sistem berbasis komputer (computer-based test/CBT).
Seleksi secara daring ini dibuka oleh Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag RI, Amin Suyitno, melalui platform Zoom. Turut hadir, perwakilan kepala kantor wilayah Kemenag dari berbagai provinsi dan kabupaten/kota, serta pimpinan sejumlah pondok pesantren dan ma’had aly.
Menurut Suyitno, penyelenggaraan MQK berbasis digital ini menjadi bukti bahwa pesantren mampu mengikuti perkembangan zaman tanpa kehilangan jati diri.
“CBT MQK ini adalah bukti bahwa pesantren tidak tertinggal. Kita menyaksikan transformasi digital berjalan nyata di ruang-ruang yang selama ini dianggap tradisional," ujar Suyitno dalam siaran pers yang diterima Republika, Selasa (17/6/2025).
Pelaksanaan MQK 2025 mengusung semangat “from local to global” sebagai representasi eksistensi pesantren Indonesia dalam kancah internasional. Suyitno menilai, ajang ini tak sekadar lomba membaca kitab kuning, tetapi juga sarana aktualisasi intelektual pesantren dalam menjawab tantangan kontemporer dunia.
MQK VIII mengangkat tema "Dari Pesantren untuk Dunia: Merawat Lingkungan dan Menebar Kedamaian dengan Turats". Dengan tema ini, Kemenag RI mengajak dunia pesantren untuk mengeksplorasi kekayaan literatur klasik Islam (turats) sebagai sumber etika ekologis dan solusi perdamaian global.
"Ini sangat relevan di tengah krisis iklim dan gejolak geopolitik saat ini,” ucap Suyitno.
Dia juga mengusulkan agar maqashid al-syariah diperluas dengan memasukkan aspek hifdzul biah (menjaga lingkungan). Usulan ini, kata dia, dapat menjadi bagian penting dalam forum Halaqah Ulama, salah satu side-event MQK 2025.
“Ekoteologi belum banyak disentuh dalam tradisi fikih kita. Padahal, lingkungan adalah bagian integral dari ibadah dan tanggung jawab keagamaan. MQK adalah ruang untuk menggali dimensi ini,” kata dia.
View this post on Instagram