REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Esmaeil Baqaei mengutuk keras serangan teroris Israel ke Lebanon. Baqaei menyampaikan reaksi tersebut pada Senin (7/7/2025) setelah Israel menyerang beberapa lokasi di Lebanon pada Ahad (6/7/2025) malam, termasuk Kota Bourj Rahal dan al-Zarariyah dekat Sidon, keduanya terletak di selatan negara tersebut.
Kementerian Kesehatan Lebanon mengatakan bahwa serangan tersebut menyebabkan 10 orang terluka, termasuk seorang anak. Serangan tersebut menandai pelanggaran terbaru Israel terhadap gencatan senjata dengan Lebanon, yang mulai berlaku pada akhir November tahun lalu.
"Pelanggaran gencatan senjata yang berkelanjutan dan serangan teroris yang sedang berlangsung terhadap Lebanon merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap kedaulatan nasional dan integritas teritorial negara merdeka, dan bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar hukum internasional," kata Baqaei dalam siaran pers di akun Telegram resmi juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran.
Rezim Israel secara langsung menargetkan keamanan warga Lebanon dan stabilitas ekonomi negara tersebut, katanya lebih lanjut. Juru bicara tersebut menambahkan bahwa waktu serangan militer rezim Israel, yang bertepatan dengan musim libur musim panas dan rencana pemerintah Lebanon untuk menghidupkan kembali ekonominya melalui pariwisata, dengan jelas menunjukkan niat Israel untuk menyabotase pemulihan ekonomi dan kesejahteraan publik Lebanon.
Dia mengritik kelambanan komunitas internasional, Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan penjamin Barat atas gencatan senjata di Lebanon atas tindakan agresif rezim Israel terhadap negara tersebut. Diplomat Iran tersebut juga memperingatkan konsekuensi berbahaya dari ekspansionisme Israel terhadap keamanan dan stabilitas di seluruh kawasan.
Sumber: