Sabtu 07 Nov 2020 04:45 WIB

Kisah Mualaf Lara, dari Ateis Hingga Memeluk Islam (1)

Lara memeluk Islam pada Februari 1993.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Ani Nursalikah
Kisah Mualaf Lara, dari Ateis Hingga Memeluk Islam (1)
Foto:

Lara berpikir mempelajari kebenaran tentang Islam tidak bisa diperoleh dari media massa. Selain itu, ia mengatakan para mualaf khususnya hendaknya berhati-hati untuk menghindari tulisan dari kelompok sesat yang mengaku terikat dengan Islam. Ia berpandangan, hanya karena penulisnya memiliki nama Arab tidak selalu berarti dia adalah seorang Muslim yang berpengetahuan atau bahkan Muslim sama sekali.

Selain menggali ilmu dari buku, Lara juga belajar tentang Islam dari beberapa Muslim yang berpengetahuan dan Muslim yang tidak menekannya. Sementara itu pula, ia mulai mengislamkan perilakunya yang dirasa tidak sulit.

Misalnya, ia mulai menghindari konsumsi alkohol dan daging babi. Selain itu, ia selalu lebih suka berpakaian sederhana dan tidak memakai riasan, parfum atau perhiasan di luar rumah. Lara mulai hanya mengonsumsi daging yang disembelih secara Islam. Selama itu, ia juga mengunjungi masjid di kotanya untuk pertama kalinya.

"Hingga saya menemukan Islam, saya hampir tidak tahu apa-apa tentangnya. Saya katakan menemukan karena Islam yang selama ini saya dengar melalui media massa bukanlah Islam yang benar. Saya selalu berasumsi Islam hanyalah agama buatan manusia, tanpa mengetahui itu adalah kebenaran. Saya juga berasumsi seseorang harus dibesarkan sebagai seorang Muslim untuk menjadi seorang Muslim. Saya tidak menyadari fakta semua manusia terlahir sebagai Muslim (dalam keadaan Islam, tunduk kepada Sang Pencipta)," kata Lara, dalam artikel yang diterbitkan di Islamweb.

Seperti banyak orang Barat, Lara juga menghubungkan Islam dengan 'Timur' dan tidak mengetahui Islam itu universal dalam waktu dan tempat. Kendati begitu, ia tidak pernah memiliki perasaan negatif tentang Islam.

Semakin banyak pengetahuan tentang Islam ia peroleh, semakin ia merasa benar-benar bisa menjadi Muslim. Ia merasa banyak dari keyakinan yang telah ia miliki sebenarnya islami dan bukan hanya sekadar 'akal sehat'.

"Jadi setelah membiasakan diri dengan apa Islam itu pada dasarnya dan apa tugas dan tingkah laku seorang Muslim, serta berpikir dan merenung, saya merasa siap menerima Islam dan hidup sebagai Muslimah," ujarnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement