Rabu 08 Jan 2020 04:10 WIB

Peradaban Kesultanan Aceh Darussalam Sangat Maju

Kesultanan Aceh Darussalam memiliki banyak cendekiawan Muslim yang memiliki keahlian.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Ani Nursalikah
Peradaban Kesultanan Aceh Darussalam Sangat Maju. Istana Wali Nanggroe Aceh (ilustrasi).
Foto: Antara/Ampelsa
Peradaban Kesultanan Aceh Darussalam Sangat Maju. Istana Wali Nanggroe Aceh (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wilayah kekuasaan Kesultanan Aceh Darussalam sangat strategis dan subur. Kondisi ini membuat peradaban Aceh Darussalam maju dalam segala bidang, karena ditunjang oleh tanah yang subur dan letak geografis yang strategis.

Namun kesuburan dan letak geografis yang bagus ini telah menarik perhatian bangsa Portugis untuk menguasai wilayah Aceh Darussalam. Bahkan sejak zaman Kesultanan Samudera Pasai, Portugis telah merebut bandar-bandar atau kota-kota pelabuhan di Selat Malaka. Sehingga pelayaran calon jamaah haji ke Makkah terganggu saat melewati Selat Malaka.

Baca Juga

Beruntung Kesultanan Aceh Darussalam dapat kembali merebut bandar-bandar dari genggaman Portugis. Bandar itu dulunya dikontrol oleh masyarakat Muslim. Upaya Aceh Darussalam menguasai bandar-bandar itu juga demi kelancaran pelayaran calon jamaah haji ke Makkah.

Ketua Umum Lembaga Masyarakat Peduli Sejarah Aceh, Mizuar Mahdi menceritakan, banyaknya ulama dan cendekiawan Muslim yang memiliki keahlian dari berbagai wilayah di dunia datang ke Aceh pada zaman Kesultanan Samudera Pasai dan Aceh Darussalam. Kedatangan para ulama dan cendekiawan Muslim tersebut besar kemungkinan turut berkontribusi memajukan peradaban masyarakat Aceh yang kosmopolitan.

"Kemajuan Aceh di bidang militer semakin baik saat utusan dari Turki Utsmani tiba di Aceh Darussalam (pada masa Sultan Alauddin Ri'ayat Syah), mereka mengajarkan masyarakat Aceh membuat meriam, senjata, strategi perang, membangun benteng, membuat kapal dan lain sebagainya," kata Mizuar kepada Republika.co.id, belum lama ini.

Mizuar juga menyimpulkan, jika Kesultanan Aceh Darussalam tidak memiliki kekuatan besar dan peradaban yang maju, tidak mungkin Aceh Darussalam mampu mengimbangi militer Portugis. Bahkan mampu merebut kembali bandar-bandar yang sebelumnya dikuasai Portugis.

"Nggak mungkin Aceh mampu mengimbangi mereka (Portugis) kalau tanpa kemajuan teknologi dan pemimpin yang hebat, kita ketahui biaya perang itu mahal karena mengirim banyak pasukan," ujarnya.

Menurutnya, biaya perang sangat besar, membutuhkan logistik yang banyak, strategi yang bagus dan pemimpin yang hebat. Aceh Darussalam memiliki itu semua sehingga mampu mengimbangi Portugis. Artinya peradaban Kesultanan Aceh Darussalam sudah maju pada masa itu.

Ia juga menyampaikan, Aceh Darussalam maju dalam berbagai sektor mulai dari sektor pertanian, perdagangan, perekonomian, kelautan, astronomi, kebudayaan, obat-obatan dan ilmu pengetahuan lainnya. Selain itu, perkembangan ilmu agamanya sangat baik dan banyak melahirkan para ulama terkemuka.

Peneliti dan Asisten Direktur Pusat Kajian Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia (PKTTI UI), Muhammad Ibrahim Hamdani kepada Republika.co.id pada Agustus 2013 menyampaikan, di era Turki Utsmani ada tiga kekuatan besar. Di antaranya, Turki Utsmani yang berkuasa di Timur Tengah dan Eropa, Dinasti Moghul yang berkuasa di India, dan Dinasti Safawi yang berkuasa di Iran.

Menurut Hamdani, di Asia Tenggara ada Kesultanan Aceh Darussalam yang berkuasa. Melihat penjelasan ini, bisa disimpulkan kekuatan dan pengaruh Kesultanan Aceh Darussalam sangat diperhitungkan di dunia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement