Senin 21 Jul 2025 13:02 WIB

Dua Tahun Setelah Tinggal di Istanbul, Utusan Aceh Baru Diterima Khalifah Turki Utsmani

Hubungan Turki Utsmani dan Aceh dimulai pada masa Sultan Alauddin.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Masjid Nusretiye merupakan salah satu bangunan tempat ibadah peninggalan kejayaan Dinasti Turki Utsmani (Ottoman) di wilayah Istanbul, Turki.
Foto: Google.com
Masjid Nusretiye merupakan salah satu bangunan tempat ibadah peninggalan kejayaan Dinasti Turki Utsmani (Ottoman) di wilayah Istanbul, Turki.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Cerita dalam buku Bustan al-Salatin ditulis di Aceh pada tahun 1638 oleh Syekh Nuruddin Ar-Raniri, yang posisinya saat itu menjabat sebagai pembantu Sultan Alauddin Syah. Karya ini dianggap sebagai karya Aceh abad ke-16 yang paling dapat diandalkan dan dipercaya. 

Menurut tulisan Nuruddin Ar-Raniri, hubungan Turki Utsmani dan Aceh dimulai pada masa Sultan Alauddin (1537-1571). Kekaisaran Turki Utsmani mengutus duta-dutanya ke negara-negara Islam di India dan Jawa untuk mengusir Portugis dari wilayah tersebut. 

Baca Juga

Dalam buku tersebut, pemimpin Turki Utsmani, dikenal sebagai Sultan Rum, mengirimkan teknisi-teknisi militer ke Aceh untuk mengajarkan cara membuat berbagai senjata dan meriam. Berkat bantuan Turki, Sultan Alauddin di Aceh dapat menambah kekuatan militer dan mencegah serangan Portugis.

Snouck Hurgronje adalah seorang Orientalis Belanda, menawarkan sebuah perspektif baru tentang hubungan antara Kekaisaran Turki Utsmani dengan Kesultanan Aceh di abad ke-16 berdasarkan informasi yang diperolehnya dari wilayah tersebut. 

Menurut Snouck, salah seorang Sultan Aceh mengutus sebuah kapal besar ke Istanbul dengan membawa lada hitam dalam jumlah yang banyak beserta dengan sejumlah utusan sultan. Tujuan dari kunjungan tersebut adalah memperkenalkan Aceh kepada Sultan Turki Utsmani, sekaligus menarik perhatian Sultan terhadap Aceh serta menunjukkan loyalitas Aceh kepada Sultan Turki Utsmani yang dalam manuskrip Aceh dikenal juga dengan sebutan Raca Rum (Raja Rum) dan Khalifah Umat Islam. 

Sayangnya, tidak ada seorang pun di Istanbul yang pernah mendengar tentang Aceh. Utusan Sultan Aceh tersebut tinggal di Istanbul dan berusaha menyampaikan kepada petugas istana bahwa mereka datang untuk bertemu dengan Sultan Turki Utsmani. Akan tetapi, mereka tidak dapat meyakinkan petugas istana bahwa mereka adalah utusan resmi. Sehingga mereka tetap tidak dapat bertemu dengan Sultan Turki Utsmani, meskipun mereka sudah tinggal di sana selama dua tahun. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement