Jumat 20 Dec 2019 01:27 WIB

Humanesia Ajak Milenial Bangun Sekolah di Bulan Kemanusiaan

Program Humanesia dorong milenial berkontribusi perbaikan sekolah pelosok Indonesia

Program Humanesia dorong milenial berkontribusi perbaikan sekolah pelosok Indonesia
Foto: Dompet Dhuafa
Program Humanesia dorong milenial berkontribusi perbaikan sekolah pelosok Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, PANDEGLANG -- Sekolah reyot masih banyak ditemui. Akses yang sulit untuk ditembus dengan roda empat menambah minimnya mobilitas ke daerah tersebut, seperti yang dialami Madrasah Ibtidaiyah (MI) Bina Ihsani Pasir Angin dengan bangunan sudah sedikit rusak serta anyaman bambu sebagai tembok, sementara di sekolah Madrasah Ibtidaiyah (MI) Attoriqiyah Cikeusik, Pandeglang.

Bangunan tersebut hanya memiliki dua ruang kelas yang disekat menjadi saung untuk kelas 6 dan untuk kelas 2 menempati depan kelas dengan lesehan. Pada sekolah tersebut memiliki tembok terbuat dari anyaman bambu, dan terlihat sudah mulai lapuk karena usia maupun cuaca, bahkan jika hujan sudah banyak bocor. Sementara untuk ruang guru disekat dan menyatu dengan ruang kelas, Kamis, (19/12)

“Bukan sebuah Impian semata memiliki ruang kelas yang aman dan nyaman akan membuat anak-anak lebih fokus dan semangat belajar. Sekolah yang layak itu hak untuk seluruh anak, tapi sangat memprihatinkan, tidak jauh dari Ibu Kota ternyata ada murid yang harus merasa cemas dengan kondisi kelasnya. Bahkan ketika hujan tiba, ruang umum apapun digunakan sebagai pengganti ruang kelas yang bocor, riskan rubuh dan rawan digunakan. Harapannya dengan adanya program Membangun Sekolah, banyak ruang kelas yang terbangun dan bisa digunakan untuk anak-anak sehingga bisa belajar lebih tenang”, Ujar Khaerun Nisa tim Program Pendidikan disela-sela kunjungan ke Pandeglang menelusuri sekolah-sekolah yang jauh dari layak.

Di wilayah lain MTS Al-kautsar Angsana yang berlokasi di Kampung Cikapas, Desa Sumurlaban, Kecamatan Angsana, Kabupaten Pandeglang, cerita berbeda lagi pada Sekolah ini, selain banyak ditinggal para siswa karena menikah maupun membantu perekenomian keluarga, sekolah ini tidak memiliki bangunan melainkan menempati bekas bangunan puskesmas yang ditinggalkan dan tidak layak pakai.

Kalau hujan pasti bocor dimana mana, kalau hujan seharian pasti banjir sekitar 5-60 cm. Sekolah yang berada dilingkup masyarakat pra-sejahtera sehingga angka putus sekolah cukup banyak, sebelum lulus Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau bahkan baru lulus Sekolah Dasar (SD) sudah bekerja membantu orang tua atau menikah.

Ketua Program Humanesia 2019 Muhammad Ihsan mengatakan melalui program Humanesia, pihaknya mengajak masyarakat khususnya millenial untuk turut membantu serta berkontribusi terhadap pembangunan sekolah di pelosok Indonesia. Diharapkan dengan adanya kontribusi dari para masyarakat maupun kalangan millenial akan tercipta energi baru dalam membangun pendidikan di Indonesia.

Selain program membangun sekolah di negeri ini, di Palestina tepatnya di Gaza kami mendirikan Palestina Foodbank dengan meneruskan program Gaza Foodbank, Dompet Dhuafa sejak pertengahan tahun 2019, telah membangun Dompet Dhuafa Kitchen bekerjasama dengan organisasi kemanusiaan lokal telah mendistribusikan 500 paket makanan per harinya. "Ini sebagai layanan pada masyarakat Gaza yang menjadi korban konflik. Hal ini menujukkan program kemanusiaan yang berkelanjutan bagi warga Palestina”, ujar Muhammad Ihsan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement