Ahad 27 Jul 2025 05:39 WIB

Kiai Ma'ruf: MUI Perlu Koreksi Pemerintah dengan Tausiyah, Bukan Nyinyiran

MUI diminta untuk bersikap jujur dan konstruktif.

Rep: Muhyiddin/ Red: A.Syalaby Ichsan
Wakil Presiden Indonesia Periode 2019-2024 KH Maruf Amin saat menghadiri Silaturahim Nasional Ormas-Ormas Islam dan Halal Bihalal yang digelar Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta, Kamis (24/4/2025).
Foto: Republika/Fuji E Permana
Wakil Presiden Indonesia Periode 2019-2024 KH Maruf Amin saat menghadiri Silaturahim Nasional Ormas-Ormas Islam dan Halal Bihalal yang digelar Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta, Kamis (24/4/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (Wantim MUI), KH Ma’ruf Amin menegaskan posisi MUI sebagai shadiqul hukumah (mitra pemerintah). Namun, dia menekankan bahwa kemitraan ini bukan berarti membenarkan semua kebijakan, tetapi bersikap jujur dan konstruktif.

“Kalau benar, dibenarkan. Kalau salah, disalahkan. Itulah mitra yang jujur dan tulus,” ujar Kiai Ma’ruf saat sambutan dalam puncak Milad ke-50 MUI di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, Sabtu (26/7/2025) malam. 

Baca Juga

Dia mendorong MUI untuk mendukung program-program pemerintah yang berpihak kepada kepentingan rakyat, seperti penyediaan perumahan, penanggulangan kemiskinan, dan pemenuhan kebutuhan dasar.

Menurut dia, hal itu sejalan dengan tugas agama dalam melindungi umat, bahkan masuk kategori fardhu kifayah dalam Islam.“Itu bagian dari perintah agama, minimal itu fardu kifayah. Fardu kifayah itu harus ada yang menjalankan, kalau tidak dosa semua," jelas dia 

Namun, lanjut Kiai Ma’ruf, bila terdapat kebijakan pemerintah yang keliru, MUI tetap berkewajiban untuk melakukan koreksi dengan tausiyah, bukan dengan nyinyiran atau ujaran negatif.

 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Republika Online (@republikaonline)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement