REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Imam Nawawi
Amanah dalam Islam menyangkut banyak hal, termasuk di dalamnya adalah jabatan. Jabatan adalah kondisi seseorang yang secara lahir dan batin siap melayani masyarakat, rakyat, dan umat. Lebih jauh dari itu semua, jabatan akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT.
Abu Bakar RA saat dilantik menjadi khalifah kaum Muslimin menyam paikan dalam pidato pertamanya sebuah rasa khawatir yang amat tinggi, takut kalau-kalau dirinya menyimpang dari kebenaran. Sejak itu pun Abu Bakar hanya berpikir bah wa kebenaran, keadilan, kejujuran, harus ditegakkan. Ayah Aisyah RA itu sama sekali tidak menyatakan rasa syukur, apalagi meng adakan pesta karena telah dipercaya menjadi pemimpin tertinggi umat Islam.
"Saudara-saudara, aku telah diangkat menjadi pemimpin bukanlah karena aku yang terbaik di antara kalian semuanya, untuk itu jika aku berbuat baik bantulah aku, dan jika aku berbuat salah luruskanlah aku.
"Sifat jujur itu adalah amanah, sedangkan kebohongan itu adalah pengkhianatan. Orang lemah di antara kalian aku pandang kuat posisinya di sisiku dan aku akan melindungi hak-haknya.
"Orang kuat di antara kalian aku pandang lemah posisinya di sisiku dan aku akan mengambil hak-hak me reka yang mereka peroleh dengan jalan yang jahat untuk aku kembalikan kepada yang berhak mene rimanya.
"Janganlah di antara kalian mening galkan jihad, sebab kaum yang meninggalkan jihad akan ditimpakan kehinaan oleh Allah Subhanahuwata'ala. Patuhlah kalian kepadaku se lama aku mematuhi Allah dan Rasul-Nya. Jika aku durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya maka tidak ada ke wajiban bagi kalian untuk mematuhiku. Kini marilah kita menunaikan shalat, semoga Allah SWT melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua. Dalam pesan paling intinya, beliau menekankan bahwa ikutilah kepemimpinannya selama dirinya patuh kepada Allah dan tinggalkanlah dirinya jika durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya.
Demikianlah keteladanan dari sosok Abu Bakar dalam mengemban amanah. Diri dan keluarganya diarahkan untuk menjadi peraga, penegak, dan pelaku kebenaran, pada saat yang sama mengajak semua masyarakat yang dipimpinnya senantiasa berkomitmen pada kebenaran.
Rasulullah bersabda, "Tidaklah ada seseorang hamba yang Allah beri kepercayaan untuk memimpin, kemudian pada saat matinya dia berada dalam (keadaan) melakukan penipuan terhadap rakyatnya kecuali akan diharamkan atasnya untuk masuk surga. (HR Bukhari dan Muslim). ¦