Senin 25 Aug 2025 16:23 WIB

Mengenal Sakratul Maut, Siksaan dan Kedamaian di Ujung Kehidupan

Kematian bukanlah akhir, melainkan gerbang menuju kehidupan selanjutnya.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
ILUSTRASI Alam akhirat.
Foto: dok pxhere
ILUSTRASI Alam akhirat.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kematian bukanlah akhir, melainkan gerbang menuju kehidupan selanjutnya. Namun, tidak semua orang akan melewati gerbang itu dengan cara yang sama. Alquran dan hadis menggambarkan, proses sakaratul maut yang sulit dan menyakitkan akan dialami oleh orang zalim dan kafir, sementara malaikat maut akan datang dengan damai untuk menjemput nyawa orang-orang mukmin.

Kematian tidak senyaman tidur. Ada faktor-faktor yang dapat berdampak terhadap yang mengalaminya. Di samping itu, kematian adalah pemisahan nafs dengan badan secara sempurna, sedang tidur adalah pemisahan sementara lagi tidak sempurna. 

Baca Juga

Tidak mustahil pemisahan sempurna mengakibatkan sesuatu yang tidak nyaman. Inilah yang diistilahkan oleh Alquran dan sunnah dengan sakratul-maut.

Dikutip dari buku Tafsir Ilmi: Kiamat Dalam Perspektif Alquran dan Sains, dijelaskan bahwa sakarat terambil dari kata sakara, yang dari segi bahasa pada mulanya berarti menutup. Seorang yang mabuk ditunjuk dengan kata sakran, karena akalnya tertutup, tidak dapat menyadari ucapan dan tingkah lakunya. 

Maka dari sini, sakratul-maut dipahami para ulama dalam arti kesulitan dan perih yang dialami seseorang beberapa saat sebelum rohnya meninggalkan badan.

Masalah sakratul-maut disebutkan dalam Alquran sebagai berikut.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

وَجَاۤءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ۗذٰلِكَ مَا كُنْتَ مِنْهُ تَحِيْدُ

(Seketika itu) datanglah sakratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang dahulu hendak engkau hindari. (QS Qaf Ayat 19)

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

وَمَنْ اَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرٰى عَلَى اللّٰهِ كَذِبًا اَوْ قَالَ اُوْحِيَ اِلَيَّ وَلَمْ يُوْحَ اِلَيْهِ شَيْءٌ وَّمَنْ قَالَ سَاُنْزِلُ مِثْلَ مَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ ۗوَلَوْ تَرٰٓى اِذِ الظّٰلِمُوْنَ فِيْ غَمَرٰتِ الْمَوْتِ وَالْمَلٰۤىِٕكَةُ بَاسِطُوْٓا اَيْدِيْهِمْۚ اَخْرِجُوْٓا اَنْفُسَكُمْۗ  اَلْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُوْنِ بِمَا كُنْتُمْ تَقُوْلُوْنَ عَلَى اللّٰهِ غَيْرَ الْحَقِّ وَكُنْتُمْ عَنْ اٰيٰتِهٖ تَسْتَكْبِرُوْنَ

Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah atau yang berkata, “Telah diwahyukan kepadaku,” padahal tidak diwahyukan sesuatu pun kepadanya dan orang yang berkata, “Aku akan mendatangkan seperti yang diturunkan Allah.” Seandainya saja engkau melihat pada waktu orang-orang zalim itu (berada) dalam kesakitan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya (sembari berkata), “Keluarkanlah nyawamu!” Pada hari ini kamu akan dibalas dengan azab yang sangat menghinakan karena kamu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya. (QS Al-An‘am Ayat 93)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement