Selasa 16 Jul 2019 19:13 WIB

Shalat Gerhana, Menyadari Kemahakuasaan Allah SWT

Rasulullah SAW mencontohkan shalat sunah gerhana

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Hasanul Rizqa
Ilustrasi gerhana bulan penumbra.
Foto: Science Alert
Ilustrasi gerhana bulan penumbra.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Agama (Kemenag) mengajak seluruh umat Islam untuk melaksanakan shalat khusuf atau shalat kala gerhana bulan pada Rabu (17/7) sekitar pukul 03.00 WIB dini hari. Terkait itu, cendekiawan Muslim Prof Didin Hafidhuddin menuturkan, shalat khususf pertama kali disunnahkan pada masa Rasulullah SAW. Saat itu, Ibrahim--seorang putra Rasulullah SAW yang lahir dari Maria al-Qithbiyah--meninggal dunia. Tak lama kemudian, terjadi peristiwa alam gerhana matahari.

Banyak orang mengaitkan gerhana matahari itu dengan wafatnya Ibrahim. Namun, Rasulullah SAW membantah asumsi itu secara tegas, “Sesungguhnya matahari dan bulan itu dua tanda dari kekuasaan Allah SWT. Matahari dan bulan tidak pernah mengalami gerhana, karena kematian seseorang.”

Baca Juga

“Rasulullah SAW membantah asumsi itu, tak ada kaitannya dengan peristiwa itu (kematian Ibrahim). Itu semata-mata tanda peristiwa alam yang digerakkan Allah SWT,” kata Prof Didin kepada Republika.co.id, Selasa (16/7).

Rasulullah SAW selanjutnya bersabda, “ Apabila kalian melihat dua peristiwa itu, maka salatlah. Sehingga hilang gerhana itu.” Nabi meminta umat Islam merespon peristiwa alam dengan ibadah.

“Ini sekaligus tanda bahwa ibadah untuk merespon berbagai kejadian alam yang hakikatnya berasal dari Allah SWT,” ujar Didin.

Salah satu contohnya, yakni anjuran salat meminta hujan atau istisqa, saat kemarau panjang. Salat istisqa sebagai bentuk kesadaran tauhid bahwa hujan yang merupakan peristiwa alam itu, dikendalikan oleh zat yang maha mengendalikan, yaitu Allah SWT.

Guru besar Institut Pertanian Bogor (IPB) itu merasa bersyukur, Kemenag mengeluarkan imbauan melaksanakan salat gerhana bulan. “Saya bersyukur  Kemenag mengimbau masyarakat untuk malam nanti jam 03.00 WIB melaksanakan salat gerhana,” kata dia.

Dia mengatakan waktu melaksanakan salat gerhana adalah saat terjadi gerhana, bukan sebelum atau sesudah gerhana. Umumnya, salah gerhana dilaksanakan secara berjamaah untuk menyadarkan bersama ihwal peristiwa yang berdasarkan kekuasaan Allah SWT.

“Untuk menyadarkan kekuasaan Allah SWT setiap saat, sama dengan peristiwa-peristiwa alam lain,” ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement