Senin 01 Apr 2019 05:05 WIB

Ketika Rasulullah Bertanya pada Mu'adz

Mu'adz adalah tokoh dari kalangan anshar.

Rep: Muhyiddin/ Red: Agung Sasongko
Gurun pasir (ilustrasi)
Foto: tangkapan layar Reuters/David Rouge
Gurun pasir (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Dia adalah seorang tokoh dari kalangan Anshar yang ikut baiat pada aqabah kedua, hingga termasuk Ash-Shabiqul Awwalun golongan yang pertama masuk Islam. Sejarah mencatatnya sebagai orang yang lebih dulu masuk Islam dengan keimanan, mustahil tidak akan turut bersama Rasulullah dalam setiap perjuangan.

Namanya Mu'adz bin Jabal. Kelebihannya yang paling menonjol dan keistimewaannya yang utama ialah fikih atau hukum dan syariat. Keahliannya dalam fikih dan ilmu pengetahuan ini mencapai taraf yang menyebabkannya berhak menerima pujian dari Rasulullah SAW dengan sabdanya, Umatku yang paling tahu akan yang halal dan yang haram ialah Mu'adz bin Jabal.

Dalam kecerdasan intelektual dan keberaniannya mengemukakan pendapat, Mu'adz hampir sama dengan Umar bin Khathab. Ketika Rasulullah SAW hendak mengirimnya ke Yaman, lebih dulu ditanyainya, "Apa yang menjadi pedomanmu dalam mengadili sesuatu, hai Mu'adz? Kitabullah, jawab Mu'adz.

"Bagaimana jika kamu tidak jumpai dalam Kitabullah? tanya Rasulullah pula. "Saya putuskan dengan sunah Rasul. Jika tidak kamu temui dalam sunah Rasulullah? Saya pergunakan pikiranku untuk berijtihad dan saya takkan berlaku sia-sia, jawab Mu'adz.

Maka, berseri-serilah wajah Rasulullah. Segala puji bagi Allah yang telah mem beri taufik kepada utusan Rasulullah sebagai yang diridhai oleh Rasulullah, sabda beliau. Kemampuan untuk berijtihad dan keberanian menggunakan ijtihad dan kecerdasan inilah yang menyebabkan Mu'adz berhasil mencapai kekayaan dalam ilmu fikih.

Suatu hari, pada masa pemerintahan Khalifah Umar, A'idzullah bin Abdillah masuk masjid bersama beberapa orang sahabat. Maka, ia pun duduk pada suatu majelis yang dihadiri oleh 30 orang lebih. Masing-masing menyebutkan sebuah hadis yang mereka terima dari Rasulullah SAW.

Pada halakah atau lingkaran itu ada seorang anak muda yang amat tampan, hitam manis warna kulitnya, bersih, baik tutur katanya, dan termuda usianya di antara mereka. Jika pada mereka terdapat keraguan tentang suatu hadis, mereka tanyakan kepada anak muda itu yang segera memberikan fatwanya.

Dan ia tak berbicara kecuali bila diminta. Dan tatkala majelis itu berakhir," saya dekati anak muda itu dan saya tanyakan siapa namanya, ia menjawab, saya adalah Mu'adz bin Jabal,"tutur A'idzullah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement