Ahad 24 Feb 2019 15:00 WIB

Tertembaknya Seorang Syahid

para pencari keadilan di berbagai negara mencari inspirasi dari pesan-pesan Malcolm X

Malcom X
Foto:

Elijah Muhammad, seorang anak pendeta Kristen kemudian memimpin organisasi tersebut pada 1934 dan mengambil jalan yang lebih radikal. Ia mengampa nyekan pemisahan kulit hitam dan putih di AS bahkan jika perlu dengan jalan kekerasan. Alasan sikap radikal Elijah Muhammad dan kelompoknya tak hadir di ruang kosong. Meski perbudakan telah dihapuskan se cara resmi melalui amandemen konstitusi AS pada 1865, warga kulit hitam tetap men jadi warga kelas dua.

Mereka dihambat dalam upaya memperoleh pendidikan dan pekerjaan, hidup di perkampungan-perkam pungan miskin, tak boleh aktif dalam per politikan, serta terus menjadi sasaran te ror penuh kekerasan organisasi-organisasi yang mengampanyekan supremasi kulit putih.

Dengan latar seperti itu, masa kecil Malcolm Little lahir di Nebraska pada 19 Mei 1925 sebagai anak ketujuh dari 11 bersaudara. Ayahnya, Earl Little, adalah seorang pendeta Kristen Protestan Baptis; dan ibunya Louise Helen Norton Little adalah aktivis Asosiasi Perbaikan Hidup Universal Kaum Negro (UNIA).

Keluarganya terpaksa berpindah-pindah tempat tinggal karena sering diganggu ke lompok-kelompok superioritas kulit putih, terutama Klu Klux Klan (KKK) dan Black Legion. Pada 1929, rumahnya sempat dibakar grup yang tersebut belakangan. Sedangkan, saat Malcolm berusia enam tahun, ayahnya tewas dalam kecelakaan bus yang diduga direncanakan Black Legion.

Kecelakaan itu tak hanya mengambil jiwa Earl Little, tapi juga kemudian merenggut kewarasan istrinya. Malcolm dan saudara-saudaranya akhirnya diungsikan ke panti asuhan, sementara Louise masuk rumah sakit bertahun-tahun lamanya. Malcolm sedianya seorang anak yang cerdas. Dalam otobiografinya yang ia tulis bersama Alex Haley, ia mengenang kerap mendapat nilai bagus.

Meski begitu, sejak awal Malcolm sudah diyakinkan oleh guru kulit putihnya bahwa ia tak akan jadi apaapa seturut warna kulitnya. Impian Malcolm menjadi pengacara digerus sejak awal. Tak heran, masa remaja yang ia jalani di Roxbury, Boston; kemudian Flint, Michigan; akhirnya di Harlem, New York City, penuh kenakalan dan tindak kejahatan. Pada 1946, di usia 21 tahun, ia kemudian masuk penjara terkait perampokan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement