Ahad 24 Feb 2019 15:00 WIB

Tertembaknya Seorang Syahid

para pencari keadilan di berbagai negara mencari inspirasi dari pesan-pesan Malcolm X

Malcom X
Foto:

Sylvianne Diouf dalam bukunya Servants of Allah (1998) menuliskan, sedikitnya 20 persen budak kulit hitam yang dibawa dari wilayah Afrika Barat ke Benua Amerika pada abad ke-16 hingga ke-19 adalah Muslim dan Muslimah. Beberapa di antara mereka sangat terpelajar, seperti Omar bin Said yang otobiografi dalam tulis an tangan Arabnya dipublikasi Perpustakaan Kongres AS baru-baru ini.

Omar bin Said menghabiskan 25 tahun hidupnya di wilayah Senegal mempelajari agama Islam sebelum akhirnya ditangkap dan dijual sebagai budak ke Amerika. Meski kemudian dipaksa pindah agama, biografi yang ia tulis pada akhir hidupnya setelah mendapat kebebasan itu diimbuhi ayat-ayat Alquran.

Seiring waktu, keyakinan yang dibawa para budak Muslim dikikis habis. Praktikpraktik dan ajaran Islam dikekang. Hal ini ada kaitannya dengan ajaran Islam yang dinilai bisa memicu pemberontakan terhadap para pemilik budak-budak. Ketakutan itu bukan tanpa alasan. Pemberontakan bu dak pertama dalam sejarah di benua Ame rika memang dilancarkan budakbudak Muslim pada 1522 di Hispaniola, Kepulauan Karibia. Para budak Muslim kembali memberontak di Panama pada 1552, dan pada Ramadhan 1835 di Brazil.

Seturut dibatasinya ajaran agama Islam, jumlah budak Muslim keturunan Afrika menurun drastis dan akhirnya menghilang. Kendati demikian, kenangan soal agama asal leluhur mereka masih bertahan. Kenangan samar soal ajaran leluhur itu yang memicu seseorang dengan latar belakang tak jelas bernama Wallace D Fard membentuk Nation of Islam (NOI) pada 1930.

Ajarannya kala itu bahwa kaum kulit hitam Amerika adalah keturunan utama suku Shabbaz dari Asia sementara kulit putih adalah makhluk ciptaan ilmuwan jahat. Mereka beribadah bukan seperti umat Islam arus utama, melainkan dengan duduk di bangku laiknya gereja.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement